Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cek Rapor Pergerakan IHSG 4 Musim Pemilu Terakhir, Cuan atau Boncos?

Catatan pergerakan IHSG dalam empat musim pemilu terakhir menarik untuk dicermati.
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Selasa (19/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Selasa (19/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Mirae Asset Sekuritas memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak naik pada akhir tahun 2023. Masa kampanye jelang pemilihan umum (Pemilu) menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan tersebut.

“IHSG masih relatif uptrend dengan target analisa teknikal di level Rp7.381, sementara strategis kami memproyeksikan di angka Rp7.600 untuk tahun fiskal 2023,” ujar Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, kepada Bisnis, Minggu (24/9/2023).

Nafan menjelaskan bahwa secara historis, IHSG berada di jalur positif dalam empat pemilu terakhir. Hal ini tidak terlepas dari peran pemilu dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Menurutnya, diperkirakan ada tambahan belanja sekitar Rp355,5 triliun atau setara US$23,12 miliar untuk anggaran kampanye pemilu pada akhir tahun ini hingga awal 2024. 

“Dana sebesar itu diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi pasar saham karena akan membantu mendongkrak pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Selain itu, indeks penjualan ritel Indonesia tetap kuat sehingga menunjukkan konsumsi dalam negeri tetap perkasa. Seiring membaiknya prospek perekonomian, kepercayaan konsumen Indonesia juga masih berada di level optimistis yakni 125,2 per Agustus 2023

Menurutnya, dengan kondisi inflasi yang lebih rendah, kepercayaan konsumen yang menunjukkan penguatan dapat mendukung konsumsi rumah tangga pada kuartal berikutnya.

Dari sentimen global, Nafan mengatakan volatilitas pasar keuangan kian meningkat seiring dengan keyakinan investor yang menilai The Fed tetap bersikap hawkish. Kebijakan moneter secara terbatas juga dipertahankan di masa mendatang usai pertemuan FOMC September 2023.

“Dengan demikian mempengaruhi kenaikan imbal hasil treasury 10 tahun AS dan indeks USD juga. Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun naik mendekati 6,8 persen dan rupiah terus terdepresiasi karena arus modal keluar berlanjut,” ucapnya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper