Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Lesu tapi IHSG Beda Cerita Jelang Pengumuman The Fed

Risiko peristiwa dari FOMC The Fed dan keputusan bank sentral lainnya yang dijadwalkan minggu ini membuat pasar Asia lesu. Namun, IHSG justru menguat.
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia mayoritas melemah karena para investor menunggu keputusan moneter Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve dini hari nanti. Namun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bertenaga dengan menguat 0,74 persen pada sesi pertama perdagangan hari ini, Rabu (20/9/2023).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG naik 0,74 persen atau 51,84 poin ke 7.032,16 pada sesi pertama perdagangan hari ini. Sebanyak 291 saham menguat, 232 saham melemah, dan 208 saham stagnan.

Sepanjang perdagangan sesi pertama, IHSG bergerak di rentang 6.988,92-7.073,06. Kapitalisasi pasar Bursa mencapai Rp10.413,53 triliun.

Adapun indeks saham Asia tergelincir untuk hari ketiga, dengan semua sektor diperdagangkan di wilayah negatif. Kontrak untuk saham-saham berjangka AS terpantau mendatar di Asia pada Rabu, setelah S&P 500 ditutup melemah.

Saham-saham di Hong Kong dan China melemah, tertekan penurunan saham sektor keuangan. Bank-bank di China sebelumnya mempertahankan suku bunga utama pinjaman satu dan lima atau tidak berubah, menyusul langkah bank sentral pada minggu lalu yang mempertahankan suku bunga kebijakan tetap stabil.

“Risiko peristiwa dari FOMC The Fed dan keputusan bank sentral lainnya yang dijadwalkan minggu ini membuat pasar Asia lesu, dengan kurangnya pengumuman stimulus lebih lanjut dari Tiongkok juga menjadi hambatan,” kata Charu Chanana, ahli strategi pasar di Saxo Capital Markets, mengutip Bloomberg.

Sementara itu, harga minyak turun karena pasar secara luas bersikap hati-hati menjelang pertemuan The Fed. Namun, dengan harga minyak mentah yang mendekati level tertinggi dalam 10 bulan, perjuangan bank sentral global melawan inflasi menjadi lebih rumit.

Imbal hasil obligasi pemerintah Australia dan Selandia Baru naik lebih tinggi, mencerminkan pergerakan imbal hasil obligasi tenor lima dan 10 tahun yang mencapai level tertinggi sejak 2007 pada Selasa.

Nilai tukar yen stabil setelah rebound dari level terendahnya dalam 10 bulan setelah Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan intervensi apa pun yang dilakukan Jepang untuk mendukung mata uangnya dapat dimengerti jika bertujuan untuk meredakan volatilitas.

Sementara itu, nilai tukar yuan sedikit berubah setelah Bank Rakyat Tiongkok menegaskan kembali komitmennya untuk menindak perilaku yang mengganggu pasar valas.

Ketua Fed Jerome Powell dan rekan-rekannya diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada Rabu. Namun, guncangan pasokan seperti kenaikan harga minyak menimbulkan kebingungan bagi bank sentral karena hal tersebut secara bersamaan meningkatkan inflasi dan mengekang pertumbuhan ekonomi.

Lonjakan biaya energi berperan dalam membawa AS ke dalam resesi pada pertengahan tahun 1970an, serta awal tahun 1980an dan 1990an.

Selain ekspektasi terhadap sikap hawkish The Fed, investor akan fokus pada proyeksi suku bunga triwulanan terbaru The Fed, yang dikenal sebagai dot plot. Proyeksi ini akan dirilis pada akhir pertemuan kebijakan.

“Memasuki tahun 2024 untuk benar-benar mengembalikan inflasi ke target 2 persen, The Fed setidaknya harus mempertahankannya jangka waktu yang lebih lama daripada melakukan pemotongan suku bunga,” kata Kathryn Rooney Vera, kepala strategi pasar di StoneX.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper