Bisnis.com, JAKARTA – Koreksi harga batu bara menyebabkan laba bersih emiten milik taipan Garibaldi ‘Boy’ Thohir, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) turun 25,97 persen pada semester I/2023, meski volume produksi dan penjualan meningkat.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan produksi dan penjualan Adaro meningkat 19 persen tetapi tertekan oleh koreksi harga batu bara dengan harga jual rata-rata (ASP) yang turun 18 persen.
“Paruh pertama tahun 2023 menunjukkan kekuatan operasional Adaro di tengah fluktuasi harga dan kenaikan biaya,” katanya dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (23/8/2023).
Kenaikan jumlah produksi dan penjualan yang tidak sejalan dengan harga jual batu bara menyebabkan pendapatan ADRO turun tipis sebesar 1,75 persen menjadi US$3,47 miliar atau setara Rp52,18 triliun (kurs jisdor 28 Juni Rp15.000) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$3,54 miliar.
Padahal dalam laporan produksi yang dikeluarkan ADRO baru-baru ini menyebutkan volume produksi batu bara grup Adaro mencapai 33,41 juta ton sepanjang semester I/2023. Capaian tersebut naik 19 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 28,02 juta ton.
Selain volume produksi yang meningkat, volume penjualan batu bara milik ADRO sendiri ikut naik 19 persen menjadi 32,62 juta ton dibandingkan semester I/2022 yang tercatat sebesar 27,50 juta ton.
Baca Juga
Sebenarnya, jika merujuk pada laporan keuangan paruh pertama tahun ini, pendapatan ADRO semakin tertekan dengan adanya pembengkakan beban pokok.
Beban utama dalam pendapatan mengalami peningkatan sebesar 34,09 persen, mencapai US$2,03 miliar, dibandingkan dengan sebelumnya yang hanya US$1,51 miliar.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh lonjakan biaya royalti PT Adaro Indonesia (AI) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, biaya bahan bakar secara keseluruhan naik sebesar 13 persen, sejalan dengan kenaikan konsumsi bahan bakar sebesar 17 persen.
Pada semester I/2023, pengupasan lapisan penutup mencapai 129,83 juta bcm, mengalami peningkatan sebesar 27 persen dari periode sebelumnya di semester I/2022. Nisbah kupas mencapai 3,89x, mengalami kenaikan sebesar 7 persen. Selain itu, biaya kas per ton batu bara (tidak termasuk royalti) juga mengalami peningkatan sebesar 23 persen pada semester I/2023.
Selain itu, terdapat peningkatan pada beban usaha sebesar 68 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, mencapai US$241 juta.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dan pendapatan pemerintah daerah yang masih harus diselesaikan, cadangan untuk pembayaran penetapan pemerintah, serta peningkatan dalam biaya penjualan dan pemasaran. Kenaikan biaya penjualan dan pemasaran ini sejalan dengan peningkatan volume penjualan.
Alhasil, ADRO mencatatkan laba bersih tahun berjalan sebesar US$995,96 juta setara dengan sekitar Rp14,93 triliun. Capaian ini mengalami penurunan sebesar 25,97 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022 yang mencapai US$1,34 miliar.