Bisnis.com, JAKARTA - Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) berambisi mengejar titik impas pada pengeluaran finansialnya dengan melakukan revisi target EBITDA yang disesuaikan untuk seluruh tahun 2023.
Dalam keterangan resminya, Manajemen GOTO menuturkan EBITDA Grup yang disesuaikan akan berada pada kisaran negatif Rp4,5 triliun dan negatif Rp3,8 triliun.
Sebelumnya, GOTO menargetkan EBITDA yang disesuaikan dapat mencapai kisaran negatif Rp5,3 triliun dan negatif Rp4,6 triliun.
"Ini adalah revisi dari kisaran yang sebelumnya diharapkan, yaitu antara -Rp5,3 triliun dan -Rp4,6 triliun karena kemajuan signifikan di paruh pertama," kata Manajemen GOTO dalam keterangan resminya, Selasa (15/8/2023).
GOTO juga menetapkan EBITDA Grup yang disesuaikan dapat positif pada kuartal IV/2023.
Sebagai informasi, GOTO mencatatkan perbaikan EBITDA yang disesuaikan sebesar 72 persen di kuartal II/2023 dibandingkan tahun sebelumnya menjadi negatif Rp1,2 triliun. Hal ini didorong oleh peningkatan monetisasi dan optimalisasi insentif berkelanjutan.
Baca Juga
Direktur Utama GOTO Patrick Walujo menuturkan sesuai dengan komitmen GOTO, saat ini GOTO berada pada jalur yang tepat untuk mencapai EBITDA yang disesuaikan positif pada tahun ini.
"Namun, mencapai titik impas bukanlah tujuan akhir. Pertumbuhan yang berkelanjutan dan menguntungkanlah yang harus kami capai," kata Patrick dalam keterangan resminya, Selasa (15/8/2023).
Untuk mencapai hal tersebut, lanjutnya, dibutuhkan segera terlaksananya eksekusi yang tepat, serta meningkatkan total pasar potensial (TAM) untuk memperluas basis konsumen GOTO.
Menurutnya, setelah membangun basis konsumen yang kuat pada kategori konsumen yang memprioritaskan kenyamanan, GOTO akan terus memperluas basis konsumennya, tanpa menggunakan insentif yang tidak dapat dipertahankan untuk jangka panjang, dalam kalangan konsumen yang memprioritaskan harga yang memprioritaskan value for money.
"Kami sedang mempersiapkan strategi jangka panjang untuk mencapai tujuan tersebut, dan saat ini GoTo akan terus beroperasi dengan mempertahankan kedisiplinan pengelolaan beban usaha, seiring beralihnya pilihan layanan kami untuk melayani pasar lebih luas," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan GOTO Jacky Lo menuturkan GOTO telah mencapai kemajuan dalam metrik profitabilitas utama selama enam kuartal berturut-turut, seiring dengan pengurangan insentif dan program pemasaran produk yang tidak produktif, sambil tetap fokus pada konsumen yang menguntungkan.
"Pendapatan meningkat dibanding tahun sebelumnya sebagai hasil dari meningkatnya monetisasi di seluruh lini bisnis kami, dengan take rate Grup mencapai 4,1 persen, atau meningkat 40 bps dari tahun sebelumnya," tutur Jacky.
Dia melanjutkan, GOTO terus mengelola beban usaha secara disiplin sesuai dengan tujuan untuk mencapai EBITDA yang disesuaikan positif dalam kuartal keempat tahun ini.
"Didorong pergerakan yang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya, kami juga memperbarui pedoman EBITDA Grup yang disesuaikan untuk tahun 2023 menjadi antara Rp-4,5 triliun dan Rp-3,8 triliun," ujar dia.
Analis MNC Sekuritas Andrew Susilo menganggap GOTO itu dapat mengatasi tantangan menjaga market share tanpa praktik bakar uang. Menurutnya GOTO bisa leluasa melayani segmen konsumer loyal tanpa harus mengorbankan pengguna yang sensitif dengan harga.
“Profitable consumers terbukti membawa positif terhadap take rate, tapi untuk menggenjot GTV, memperbesar market share, dibutuhkan volume transaksi yang besar. Cara GOTO merebut kembali pelanggan lama nya adalah strategi brilian. Dua segmen pasar dilayani secara baik tanpa harus bakar uang berlebihan,” katanya.
Pada kuartal II/2023, GOTO masih membukukan rugi bersih Rp 3,3 triliun selama turun 56,1 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Perbaikan ini salah satunya dipengaruhi oleh konsistensi manajemen dalam mengelola beban biaya dengan mengurangi praktek bakar uang. Beban iklan dan pemasaran serta insentif ke pelanggan juga berhasil ditekan sebesar 51 persen dan 32 persen.