Rugi Bersih GOTO di Kuartal 2-2023 Menyusut Drastis hingga 56%

Emiten teknologi dengan ekosistem terbesar di Indonesia yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melaporkan kinerja keuangan di semester I 2023
Foto: Rugi Bersih GOTO di Kuartal 2-2023 Menyusut Drastis hingga 56%
Foto: Rugi Bersih GOTO di Kuartal 2-2023 Menyusut Drastis hingga 56%

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten teknologi dengan ekosistem terbesar di Indonesia yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melaporkan kinerja keuangan di semester I-2023 atau 6 bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).

Berdasarkan laporan keuangan publikasi itu, GOTO berhasil menekan rugi bersih hingga 48% menjadi rugi bersih Rp7,16 triliun, dari semester I-2022 yang masih rugi hingga mencapai Rp13,65 triliun.

Sementara itu secara kuartalan (3 bulan), rugi GOTO berkurang drastis hingga 56% menjadi rugi Rp3,31 triliun, dari periode Juni 2022 rugi Rp7,56 triliun.

Penurunan rugi bersih ini terjadi seiring dengan pendapatan bersih yang melesat hingga 102,35% menjadi Rp6,88 triliun selama 6 bulan, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp3,40 triliun.

Pendapatan terbesar GOTO berasal dari imbalan jasa (komisi) yang naik signifikan hingga 261% menjadi Rp3,97 triliun dari Juni tahun lalu sebesar Rp1,10 triliun.

Kontribusi pendapatan lainnya yakni pendapatan imbalan iklan sebesar Rp1,10 triliun, minus 5% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,16 triliun dan jasa pengiriman sebesar Rp971,94 miliar, naik 71% dari Juni tahun sebelumnya Rp567,32 miliar.

Adapun pendapatan tambahan dari segmen pendapatan lain-lain yakni sebesar Rp840,36 miliar, naik 46% dari 6 bulan tahun sebelumnya Rp576,54 miliar.

Sejumlah beban berhasil dipangkas dalam 6 bulan tahun ini yakni beban penjualan dan pemasaran yang mampu diturunkan hingga 48% menjadi Rp3,30 triliun, dari sebelumnya Rp6,35 triliun.

Target EBITDA Disesuaikan Diubah

Direktur Utama GOTO Patrick Walujo yang baru menjabat sejak Juni lalu, mengatakan saat ini kinerja perseroan pada jalur yang tepat untuk mencapai EBITDA yang disesuaikan positif pada tahun ini sesuai dengan komitmen yang sudah ditetapkan.

Hal ini lantaran EBITDA yang disesuaikan GOTO pada periode 6 bulan pertama tahun ini sudah membaik 69% menjadi Rp2,81 triliun, dari periode yang sama tahun lalu Rp9,18 triliun.

Secara kuartalan atau 3 bulan, GOTO juga mencatat perbaikan EBITDA yang disesuaikan sebesar 72% menjadi Rp1,2 triliun dari sebelumnya Rp4,32 triliun, didorong oleh peningkatan monetisasi dan optimalisasi insentif berkelanjutan.

Namun Patrick menegaskan mencapai titik impas bukanlah tujuan akhir. Tapi pertumbuhan yang berkelanjutan dan menguntungkanlah yang harus menjadi target perusahaan.

Patrick menegaskan, untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan segera terlaksananya eksekusi yang  tepat,  serta  meningkatkan  total  pasar  potensial  (total addressable market/TAM) untuk memperluas basis konsumen perseroan.

Setelah membangun basis konsumen yang kuat pada kategori konsumen yang memrioritaskan kenyamanan (convenience consumers), perseroan akan terus memperluas basis konsumen, tanpa menggunakan insentif yang tidak dapat dipertahankan untuk jangka panjang, dalam kalangan konsumen sadar harga yang memprioritaskan value for money.

“Kami sedang mempersiapkan strategi jangka panjang untuk mencapai tujuan tersebut, dan saat ini GoTo akan terus beroperasi dengan mempertahankan kedisiplinan pengelolaan beban usaha, seiring beralihnya pilihan layanan kami untuk melayani pasar lebih luas,” kata pendiri Northstar Group ini.

Tahun ini, manajemen GOTO menetapkan pedoman kinerja yakni mencapai EBITDA Grup yang disesuaikan positif dalam kuartal keempat tahun 2023.

EBITDA Grup yang disesuaikan di 2023 juga diubah dan berada di kisaran antara Rp4,5 triliun dan Rp3,8 triliun. Ini adalah revisi dari kisaran yang sebelumnya diharapkan, yaitu antara Rp5,3 triliun dan Rp4,6 triliun, karena kemajuan yang lebih cepat dari yang diharapkan.

Pedoman ini didasarkan pada kondisi pasar saat ini dan mencerminkan perkiraan awal perseroan, yang semuanya bergantung pada berbagai ketidakpastian, termasuk yang terkait dengan inflasi dan pandemi COVID-19.

Dalam kesempatan yang sama, Jacky Lo, Direktur Keuangan Grup GoTo, mengatakan, perseroan telah mencapai kemajuan dalam metrik profitabilitas utama selama enam kuartal berturut-turut karena pengurangan insentif dan program pemasaran produk yang tidak produktif, sambil tetap fokus pada konsumen profitabel.

Pendapatan GOTO yang meningkat dibanding tahun sebelumnya terjadi sebagai hasil dari meningkatnya monetisasi di seluruh lini bisnis, dengan take rate Grup mencapai 4,1%, atau meningkat 40 bps (basis point) dari tahun sebelumnya.

Menurut dia, dengan memanfaatkan ekosistem uniknya yang mencakup berbagai spektrum pengeluaran konsumen, GoTo berharap dapat menangkap pertumbuhan tambahan di berbagai demografi pengguna secara lebih efisien di pasar Indonesia yang luas.

Bisnis GoTo saat ini didukung dengan empat lini bisnis yakni layanan on-demand melalui Gojek, e-commerce lewat Tokopedia, financial technology melalui GoTo Financial, dan logistik via GoTo Logistics. Sepanjang 6 bulan ini, pendapatan bruto, GOTO mencapai Rp11,81 triliun, naik 10% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 10,74 triliun.

Secara rinci, pendapatan bruto dari lini on-demand service Gojek sebesar Rp 5,87 triliun, naik 8% dari Rp 5,45 triliun dan e-commerce via Tokopedia sebesar Rp4,48 triliun, naik 14% dari Rp3,92 triliun. Dua Unit Bisnis lain yakni fintech lewat GoTo Financial mencatat pendapatan bruto Rp823 miliar, naik 13% dari Rp728 miliar, dan logistik lewat GoTo Logistics sebesar Rp1,14 triliun, naik 11% dari Rp1,03 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper