Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Ketat, Harga Minyak Dunia Naik 7 Minggu Beruntun

Harga minyak telah menguat sejak akhir Juni karena pemotongan dari Arab Saudi, dibantu oleh pembatasan ekspor dari sekutu OPEC+, Rusia.
Rangkaian kereta pengangkut minyak mentah, bahan bakar, dan gas cair dalam posisi miring di stasiun kereta Yanichkino, menuju ke kilang Gazprom Neft PJSC Moscow di Moskow, Rusia/Bloomberg-Andrei Rudakov
Rangkaian kereta pengangkut minyak mentah, bahan bakar, dan gas cair dalam posisi miring di stasiun kereta Yanichkino, menuju ke kilang Gazprom Neft PJSC Moscow di Moskow, Rusia/Bloomberg-Andrei Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah membukukan kenaikan beruntun terpanjang sejak pertengahan 2022 lantaran berbagai laporan ekonomi yang memperkirakan lonjakan permintaan memberikan dorongan baru untuk reli harga minyak.

Mengutip Bloomberg, Sabtu (12/8/2023), salah satu proyeksi bullish pada harga minyak adalah laporan bulanan International Energy Agency (IEA) pada Jumat (11/8/2023) yang mengatakan permintaan minyak dunia melonjak ke posisi rekor pada Juni 2023 dan mungkin melonjak lebih tinggi pada Agustus di tengah konsumsi China yang kuat.

Pada bagian lain, laporan bulanan OPEC pada Kamis (10/8/2023) memperkirakan pasar akan mengalami defisit pasokan yang tajam lebih dari 2 juta barel per hari pada kuartal ini.

Sementara itu, kekhawatiran pasokan yang mendorong reli minyak sejak akhir Juni masih belum mereda. Pelaku pasar mengamati dengan cermat potensi gangguan ekspor Rusia di Laut Hitam setelah eskalasi perang dengan Ukraina baru-baru ini. Pada Selasa (8/8/2023, pemimpin OPEC Arab Saudi menegaskan kembali komitmennya untuk secara sukarela mengekang pasokan bulan depan.

Harga minyak West Texas Intermediate terpantau naik dan menetap di atas US$83 per barel pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat, memperkuat rangkaian kenaikan tujuh minggu yang terpanjang sejak Juni 2022.

Harga minyak telah menguat sejak akhir Juni karena pemotongan dari Arab Saudi, dibantu oleh pembatasan ekspor dari sekutu OPEC+, Rusia. Pedagang juga terus memantau prospek ekonomi yang lebih luas, karena dampak dari siklus kenaikan suku bunga agresif Federal Reserve terus mengguncang pasar.

Kendati demikian, JPMorgan Chase & Co. mengatakan pada Jumat bahwa harga minyak dapat mencapai US$90 per barel pada September 2023.

“Kami yakin harga akan terus naik dari sini menuju US$90 [mengacu pada Brent], pengukur pasar utama menunjuk ke pasar fisik yang mengetat dengan cepat," tulis analis JPMorgan Natasha Kaneva.

Dalam langkah pertama kesepakatan antara Washington dan Teheran, Iran telah memindahkan empat warga AS dari penjara ke tahanan rumah. Kesepakatan itu pada akhirnya dapat menghasilkan lebih banyak barel dari produsen OPEC yang memasuki pasar.

Namun pad Jumat, juru bicara Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan bahwa kedua negara tidak mengadakan negosiasi aktif mengenai program nuklir tersebut.

Keketatan pasokan mengalir ke pasar bahan bakar hilir, dengan jenis minyak bumi yang tersisa dari penyulingan minyak yang harganya lebih mahal daripada minyak mentah di Eropa untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade. Harga bensin dan solar juga jauh di atas harga musiman, sebagian karena pembatasan produksi kilang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper