Bisnis.com, JAKARTA - Manajer investasi BNI Asset Management (BNI AM) mengungkapkan rekomendasi pilihan yang cocok untuk investor seiring prediksi arah kebijakan suku bunga Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed hingga akhir 2023.
Direktur Investasi BNI AM Putut Endro Andanawarih dengan ekspektasi The Fed akan menahan suku bunga, menurutnya investor dapat memanfaatkan peluang investasi yang menarik di instrumen reksa dana pendapatan tetap dan juga reksa dana saham.
"Pasar obligasi Indonesia masih terlihat menarik, salah satunya ditunjukkan dari pergerakan yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun relatif masih atraktif dibandingkan di Asia walaupun sudah menurun dari 6,9 persen menjadi 6,25 persen sepanjang 2023," katanya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, dikutip Sabtu, (5/8/2023)..
Putut mengatakan, aliran modal dari investor asing selama 2023 mencapai Rp94 triliun, jauh dibandingkan capital outflow yang terjadi sejak 2020 sebesar Rp302 triliun. Hal tersebut membuat Indonesia masih sangat berpotensi mendapatkan tambahan capital inflow dengan yield yang lebih menarik.
Selain itu, menurutnya dalam melakukan alokasi aset investasi, tentunya investor perlu memperhitungkan profil risiko.
"Apabila investor memiliki profil risiko yang defensif-moderat, maka reksa dana pendapatan tetap masih menarik untuk menjadi alokasi investasi. Namun, untuk investor yang memiliki profil risiko yang lebih agresif, maka reksa dana saham masih potensial untuk menjadi pilihan," jelasnya.
Baca Juga
Pilihan ini seiring pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 25-26 Juli 2023 lalu. Kala itu The Fed sepakat menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,25-5,5 persen. Dengan demikian, The Fed Fund Rate (FFR) sudah naik sebanyak 11 kali dengan total kenaikan sebesar 525 bps sejak Maret 2022.
Meski demikian, data makro ekonomi AS yang relatif bervariasi memicu ketidakpastian di pasar global apakah The Fed akan kembali menaikkan suku bunga 25 bps pada FOMC September mendatang atau akan ditahan.
Dia mengatakan, The Fed masih akan melihat indikator ekonomi hingga sisa tahun 2023, apabila inflasi terus mereda sesuai dengan target The Fed, maka the Fed akan menahan suku bunga di level saat ini 5,25 – 5,5 persen dan berpotensi menurunkan suku bunga acuan.
Sebaliknya, menurutnya apabila di luar perkiraan indikator ekonomi penting seperti inflasi ternyata masih tinggi dan indikator konsumsi dan pasar tenaga kerja AS masih cukup agresif, maka The Fed akan kembali menaikkan suku bunga pada FOMC mendatang pada September 2023.
"Namun demikian, kami melihat kecil peluangnya The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga pada September 2023 dan akan cenderung menahan suku bunga di level saat ini mengingat inflasi AS sudah turun di level 3 persen, walaupun masih belum mencapai target The Fed 2 persen," ujar Putut.