Bisnis.com, JAKARTA - Pasar saham global saat ini berada dalam fase bullish meskipun ada tanda-tanda perlambatan pertumbuhan dan pernyataan untuk lebih berhati-hati dari bank sentral Amerika. Saham dan kredit tetap diminati meskipun resesi masih mengintai.
Kenaikan saham AS pada bulan Juni dipicu oleh faktor persetujuan batas utang, inflasi yang melambat, dan juga penundaan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve. Terjadi perlambatan inflasi di AS, Headline inflation melambat menjadi 4% pada bulan Mei, sementara core inflation turun menjadi 5,3% year-on-year.
Aktivitas ekonomi terlihat tetap lemah dengan sektor manufaktur dalam kondisi berkontraksi. Meskipun ada kekhawatiran tentang pertumbuhan yang dapat berbalik, pasar saham menunjukkan ketahanan dan S&P 500 memasuki wilayah pasar bullish.
Saham-saham teknologi, growth stocks, dan cryptocurrency terlihat memiliki performa baik tahun ini, yang sepertinya dikarenakan minat investor terhadap aset berisiko telah kembali.
Ekspektasi Terhadap Earnings Perusahaan
Perusahaan-perusahaan S&P 500 sayangnya dilaporkan mengalami penurunan pendapatan pada kuartal pertama, dengan tujuh dari sebelas sektor pasar melaporkan pertumbuhan earnings yang negatif.
Para analis memproyeksikan pertumbuhan earnings S&P 500 sepanjang tahun sebesar hanya 0,7% pada tahun 2023, tetapi beberapa analis juga memiliki optimisme pada beberapa sektor pasar, seperti sektor energi, telekomunikasi dan teknologi informasi.
Faktor yang Mempengaruhi Value Stocks dan Growth Stocks
Pada tahun-tahun sebelumnya, value stocks hampir selalu mengungguli growth stocks selama periode suku bunga tinggi, tetapi tren tersebut terbalik di tahun 2023.
Para analis memperkirakan adanya perubahan besar yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkiraan earnings di masa mendatang. Mereka meyakini perubahan ini yang akan menjadi pendorong bagi value stocks di tahun-tahun mendatang.
Economic Outlook, dan Faktor Pertimbangan Investasi Setelah Bulan Juli
Saat ini, ekonomi AS berada di fase perlambatan. Meskipun pertumbuhan ekonomi melambat, resesi diperkirakan belum akan terjadi dalam waktu dekat. Namun, risiko dari dampak gejolak sektor perbankan dan ketatnya kebijakan moneter tetap perlu dipertimbangkan sebelum berinvestasi.
Saat ini, indeks S&P 500 berada pada jalur terbaiknya sejak tahun 2019. Performa kuat pada paruh pertama tahun kalender seperti tahun ini biasanya menjadi indikator bahwa momentum positif akan berlanjut di paruh kedua tahun tersebut.
Di sisi lain, para investor yang khawatir tentang risiko resesi dapat memanfaatkan kenaikan suku bunga dengan mengurangi eksposur pada saham dan meningkatkan posisi cash.
Meskipun pasar saham sedang naik, kemungkinan resesi masih mengintai. Penting untuk memantau indikator pasar dan juga tren ekonomi yang ada. Para investor sebaiknya fokus pada tema investasi jangka panjang dan juga untuk mengelola risiko dengan lebih berhati-hati. Lihat ulasan lebih mendalam di website Gotrade Indonesia. Download Gotrade Indonesia di sini