Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Crazy Rich Hermanto Tanoko Raup Rp3,5 Triliun dari Jualan Cat Avian

Emiten cat milik Crazy Rich Surabaya Hermanto Tanoko PT Avia Avian Tbk. (AVIA) mengantongi penjualan sebesar Rp3,50 triliun sepanjang semester I/2023.
Presiden Komisaris PT Avia Avian Hermanto Tanoko./Instagram
Presiden Komisaris PT Avia Avian Hermanto Tanoko./Instagram

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten cat milik Crazy Rich Surabaya Hermanto Tanoko PT Avia Avian Tbk. (AVIA) mengantongi penjualan sebesar Rp3,50 triliun sepanjang semester I/2023, tumbuh 3,81 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,37 triliun.

Mayoritas pendapatan disumbang oleh segmen architectural solutions segment yang mencapai Rp2,88 triliun, naik daripada semester I/2022 sebesar Rp2,76 triliun. Pertumbuhan ini dibukukan AVIA meskipun penjualan cat segmen ini berkurang menjadi 81.963 ton dari 86.684 ton pada semester I/2023.

Meskipun penjualan mengalami pertumbuhan, beban pokok penjualan tercatat turun 3,42 persen year on year (YoY) menjadi Rp1,92 triliun dari sebelumnya Rp1,99 triliun. Akibatnya, laba kotor AVIA tumbuh 14,18 persen menjadi Rp1,58 triliun.

Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 3,80 persen YoY menjadi Rp806,61 miliar dibandingkan dengan Rp777,10 miliar pada semester I/2023.

Manajemen AVIA dalam presentasi earning calls melaporkan bahwa penjualan di kuartal II/2023 turun 0,8 persen YoY menjadi Rp1,72 triliun dibandingkan dengan Rp1,74 triliun pada kuarta II/2022.

Sementara itu, laba bersih turun 0,3 persen YoY menjadi Rp390 miliar dalam kurun April—Juni 2023 dibandingkan dengan Rp392 miliar pada kuartal II/2022. Namun margin laba bersih naik dari 22,5 persen menjadi 22,6 persen.

Selama kuartal II/2023, inflasi melambat untuk pertama kalinya sejak awal 2022 dan mencapai 4 persen. Namun inflasi tercatat masih berdampak pada daya beli masyarakat selama periode ini, hal ini tecermin pada indeks harga konsumen (IHK) untuk produk kategori furnishings and routine household.

“Kenaikan upah minimum masih belum mengkompensasi inflasi pada harga bahan bangunan. Lebih lanjut, pemutusan hubungan kerja telah memperlemah daya beli masyarakat, terutama dari kelas menengah,” tulis manajemen.

Pelemahan ini turut terlihat pada kinerja emiten konsumer dan produsen keramik. Manajemen AVIA mencatat bahwa dua emiten FMCG telah melaporkan penurunan penjualan sebesar 12 persen dan 8 persen, sementara perusahaan keramik melaporkan koreksi penjualan sebesar 8 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper