Bisnis.com, JAKARTA - Emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) menjelaskan penyebab penurunan pendapatan dan laba bersih pada semester I/2023.
Direktur Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan penurunan pendapatan dan laba BUMI diakibatkan oleh kombinasi beberapa faktor seperti rendahnya harga batu bara, hingga pembayaran royalti.
"Penurunan kinerja ini karena kombinasi dari rendahnya harga batu bara, royalti sebesar US$1,03 miliar," kata Dileep, dikutip Minggu (30/7/2023).
Dia menjelaskan BUMI menyumbang sebesar Rp15,6 triliun melalui pendapatan non-pajak dari sumber daya atau royalti. Menurutnya, total royalti yang terkumpul sebesar Rp78,5 triliun pada parush pertama 2023.
Royalti BUMI merupakan 19,9 persen dari total royalti nasional yang terkumpul selama periode ini. Dileep menuturkan BUMI menjadi kontributor royalti terbesar secara nasional.
Selain itu, kombinasi lain yang menyebabkan kinerja BUMI anjlok adalah bagi hasil sebesar 10 persen dari laba bersih untuk pemerintah pusat dan daerah.
Baca Juga
"Meskipun harga bahan bakar cukup tinggi, kami berhasil mengurangi biaya operasional secara signifikan untuk menutupi sebagian dari mandatory statuory obligations yang lebih tinggi," ucapnya.
Sebagai informasi, berdasarkan laporan keuangan PSAK66, BUMI membukukan pendapatan sebesar US$886,27 juta atau setara dengan Rp13,29 triliun (kurs Jisdor 27 Juni Rp15.000). Angka tersebut turun 8,50 persen dibandingkan dengan semester I/2022 yang tercatat sebesar US$968,68 juta.
Beban pokok pendapatan BUMI tercatat meningkat tipis sebesar 2,99 persen menjadi US$777,61 juta atau setara dengan 11,66 triliun. Angka ini naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$754,96 juta.
Laba kotor BUMI juga tercatat turun 49,15 persen menjadi sebesar US$108,65 juta setara dengan Rp1,62 triliun, dibandingkan semester I/2022 yang sebesar US$213,72 juta.
Adapun laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk BUMI ikut turun 51,19 persen menjadi US$81,82 juta atau setara dengan Rp1,22 triliun. Laba bersih ini turun dari US$167,67 juta pada periode semester I/2022.