Bisnis.com, JAKARTA — Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve memutuskan untuk meningkatkan suku bunga 25 basis points dini hari ini. Analis melihat saham-saham di sektor konsumer dan finansial dapat diuntungkan dari peningkatan suku bunga ini.
Head of Research Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu mengatakan pasar sudah price-in terhadap peningkatan suku bunga The Fed sebesar 25 bps. Menurutnya, hal ini terlihat dari stabilnya nilai tukar rupiah, meskipun Bank Indonesia tidak menaikkan suku bunga.
"Harusnya dampaknya [terhadap IHSG] relatif netral, karena BI rate tidak naik. Tetapi mungkin ruangnya masih terbatas untuk penurunan. BI masih ingin menjaga kestabilan rupiah dan membatasi imported inflation," kata Chandra kepada Bisnis, Kamis (27/7/2023).
Dengan peningkatan suku bunga The Fed ini, Chandra memandang perusahaan dengan leverage yang rendah bisa lebih diuntungkan karena tingkat bunga akan bertahan di level saat ini.
Dia menjelaskan, sektor manufaktur dan konsumer akan mendapatkan stablitas, baik dari harga bahan baku serta membaiknya purchasing power dari konsumen.
"Sektor finance juga bisa diuntungkan karena kondisi tingkat bunga yang stabil," tutur dia.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, Federal Reserve meningkatkan suku bunga acuan sebesar 25 bps. Mengutip Bloomberg, Kepala Federal Reserve Jerome Powell mengatakan para pembuat kebijakan dapat mempertahankan suku bunga tetap pada September 2023, atau bahkan menaikkan suku bunga lagi pada pertemuan tersebut.
Adapun usai peningkatan suku bunga ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,74 persen ke level 6.896. IHSG bergerak dengan rentang 6.896-6.966 pada perdagangan hari ini.
Sebanyak 215 saham menguat, 326 saham melemah, dan 204 saham bergerak stagnan. Kapitalisasi pasar Bursa mencapai Rp10.053 pada penutupan perdagangan hari ini.