Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas global yang menjadi acuan harga jual emas korporasi diprediksi kembali bergerak positif seiring dengan proyeksi suku bunga The Fed yang sudah mendekati puncak. Analis pun merekomendasikan saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA).
Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menyebutkan harga emas global yang saat ini mengalami kenaikan akan berdampak positif bagi kinerja emiten emas. Hal tersebut terkait dengan acuan rata-rata harga jual (ASP) emiten komoditas.
“Emas yang dalam tren naik akan memberikan dampak positif bagi emiten emas karena mendorong kenaikan dari ASP yang mereka punya,” katanya menjawab pertanyaan Bisnis, Kamis (27/7/2023).
Meski adanya kenaikan pada ASP masing-masing emiten, kinerja ciamik juga harus dilihat dari volume penjualan emas emiten terkait dalam periode yang sama.
Felix menerangkan salah satu faktor kunci kenaikan harga emas adalah tren suku bunga The Fed yang sudah mendekati puncaknya dan berpeluang turun pada akhir tahun.
“Saya melihat bahwa pembelian emas dari berbagai bank sentral dunia seperti China, Rusia, Turki yang pada tahun lalu mencapai rekor tertinggi sejak 12 tahun terakhir. Kami melihat masih ada ruang untuk pembelian emas kembali walaupun secara volume tidak setinggi tahun lalu,” katanya.
Baca Juga
Selain itu menurut Felix yang saat ini patut diperhatikan adalah tren segmen emas perhiasan dapat menjadi pendorong konsumsi emas seiring dengan normalisasi zero covid di China. Kondisi tersebut meningkatkan mobilitas karena masyarakat menggunakan emas perhiasan sebagai status sosial mereka.
Hal tersebut juga ditandai dari retailer emas terbesar dunia Chow Tai Fook yang menambah jumlah gerai di wilayah China khususnya kota kecil.
Kemudian Felix menambahkan ada permintaan emas di Timur Tengah yang naik seiring dengan windfall kenaikan harga migas sepanjang 2022 lalu yang naik 15 persen year-on-year, tertinggi di dunia.
Dengan katalis tersebut, Felix merekomendasikan beli untuk saham ANTM dan MDKA. ANTM dengan target harga di level Rp2.800 dan MDKA dengan target harga Rp4.000 per saham.
Panin Sekuritas menyebutkan dalam riset ANTM mencatatkan penurunan pendapatan kuartal I/2023 sebesar Rp11,6 triliun atau turun 5,3 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya. Namun secara year on year naik 18,9 persen melampaui estimasi pasar.
Penurunan pendapatan disebabkan oleh melandainya penjualan emas menjadi sebesar 7.223 kg (-20,1 persen kuartalan (QoQ), tetapi naik 8,9 persen tahunan (YoY)).
Pihaknya melihat meningkatnya kesadaran masyarakat dalam berinvestasi emas sebagai salah satu instrumen investasi safe haven di tengah gejolak di pasar finansial serta upaya marketing dari ANTM berupa penjualan dan buyback emas secara online dapat menjadi katalis positif bagi penjualan emas ANTM.
Sementara itu, untuk MDKA Panin menurunkan target harga dari Rp5.500 menjadi Rp4.000. Katalis positif untuk MDKA adalah masih cerahnya prospek metal mining seiring pelonggaran mobilitas di China, masih terbukanya kontribusi komoditas nikel dalam performa keuangan, serta MDKA melakukan kerja sama untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik bersama mitra strategis.
Pada perdagangan Kamis (27/7/2023) sesi I, saham ANTM berada di level Rp1.985, sama seperti perdagangan sebelumnya. Saham ANTM pagi ini bergerak di rentang Rp1.975-Rp1.990. Sepanjang 2023, saham ANTM juga stagnan, tetapi naik 15,41 persen dalam 1 tahun terakhir.
Saham MDKA pada waktu yang sama terkoreksi 1,78 persen atau 60 poin menjadi Rp3.320. Kapitalisasi pasarnya Rp80,05 triliun dengan valuasi PER 425,92 kali. Sepanjang 2023, saham MDKA turun 19,42 persen.
Di sisi lain, JP Morgan memprediksi harga emas akan mampu melewati level US$2.000 per troy ounce pada akhir tahun 2023 dan mencapai rekor baru di 2024 seiring dengan kemungkinan resesi AS.
Pada perdagangan Kamis (27/7/2023) pukul 13.00 WIB, harga emas spot naik 0,20 persen atau 3,86 poin menjadi US$1.975,93 per troy ounce. Harga emas naik setelah The Fed mengerek kembali suku bunga acuan 25 basis poin kemarin.
___
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.