Bisnis.com, JAKARTA – Rencana pencatatan saham perdana alias initial public offering (IPO) dari PT Pertamina Hulu Energi (PHE) ditunda terealisasi pada tahun ini.
Penundaan tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri (Wamen) I Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo, kepada awak media di Jakarta, Rabu (26/7/2023).
“Kami akan tunda Pertamina Hulu Energi [PHE] untuk listing. Kami tunda sampai tunggu momentum pasarnya, karena sekarang harga minyak lagi turun,” ujar Tiko sapaan akrabnya.
Dia menyatakan bahwa Kementerian BUMN akan lebih dulu fokus pada perbaikan operasional PHE, serta mendorong peningkatan eksplorasi dan pengeboran. Harapannya, produksi perusahaan dapat meningkat dan sumur-sumur baru bisa ditemukan.
Rencana IPO entitas PT Pertamina (Persero) ini berujung ditunda, setelah sebelumnya digadang-gadang meraih dana jumbo lebih besar dari ‘saudaranya’ PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) dan disebut memiliki kapitalisasi pasar hingga Rp300 triliun.
Pencatatan saham perdana PHE bahkan digadang-gadang jadi yang terbesar dalam sejarah Bursa Efek Indonesia dengan target US$2 miliar. Kala itu, PHE dikabarkan ingin melepas porsi 5-10 persen saham kepada publik dan rencana itu ditargetkan selesai pada semester I/2023.
Baca Juga
Dalam catatan Bisnis, Menteri BUMN Erick Thohir pernah mengatakan bahwa pihaknya terus mendorong PHE untuk go public guna meningkatkan produksi minyak dalam negeri.
Dana hasil IPO PHE, kata Erick, bisa digunakan untuk peningkatan produksi minyak, baik akuisisi di luar negeri maupun eksplorasi di dalam negeri termasuk sumur tua. “Itu perlu uang, itu yang akan kita sehatkan, jangan sampai utang,” ujarnya pada awal Mei 2023.
Sementara itu, pada pekan lalu, Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok bahkan menyatakan bahwa rencana IPO itu terus berjalan. Dia menyampaikan bahwa PHE sedang mencari mitra strategis, sebelum akhirnya melantai di bursa.
Dari kalangan analis, rencana IPO PHE juga menuai respons positif. Dengan kapitalisasi pasar yang diperkirakan mencapai US$20 miliar, jumlah tersebut dipastikan bakal mengerek market cap bursa ke level lebih tinggi.
“Diperkirakan market cap bisa US$20 miliar, jadi kalau misal IPO 5 persen saja berarti US$1 miliar. Kalau 10 persen bisa US$2 miliar atau setara Rp30 triliun. Jadi weight PHE ini akan sangat signifikan bagi IHSG,” ujar Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia Toto Pranoto.
Toto menyatakan penting bagi PHE untuk menarik minat investor global selama masa penawaran awal atau book building. Musababnya, jika hanya mengandalkan kekuatan investor domestik, saham yang dilepas dipastikan tidak akan terserap.
Namun, PHE bukanlah satu-satunya entitas usaha BUMN Pertamina yang berencana IPO. Ada pula PT Pertamina International Shipping (PIS) dan PT Pertamedika Indonesia Healthcare Corporation (IHC). Rencana ini diketahui sedang dimatangkan oleh pihak-pihak terkait.
Menurut Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan, ketiga anak usaha Pertamina ini memiliki buku yang bagus dan dinilai layak IPO. Dia juga menilai bahwa dari sisi size juga sangat besar, khususnya PHE.
Alfred berpendapat bahwa setiap BUMN tentunya berharap anak perusahaan dapat memiliki akses permodalan secara luas dan tidak lagi bergantung pada induk perusahaan. Hal ini bertujuan meraih peningkatan pertumbuhan ke depan.
Jika melihat kebutuhan dari sisi perusahaan dan kondisi sektor yang masih cukup prospektif, peluang IPO dari ketiga anak usaha Pertamina memang akan sangat besar. Akan tetapi, persetujuan aksi korporasi ini dinilai sarat kepentingan politis.
“Sebagaimana kita tahu, persetujuan IPO BUMN atau anak usaha BUMN ada faktor ‘politik’ sehingga kondisi perusahaan dan sektor tidak bisa menjadi satu-satunya pertimbangan,” tuturnya.