Bisnis.com, JAKARTA – Rencana initial public offering (IPO) grup BUMN, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) untuk melepas saham di bawah 10 persen dinilai memerlukan minat investor global.
Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto menuturkan bahwa hal itu tidak terlepas dari besarnya kapitalisasi pasar alias market cap yang dimiliki oleh PHE.
Rencananya, PHE akan melepas saham di bawah 10 persen karena kapitalisasi pasar dari anak usaha PT Pertamina (Persero) itu cukup besar dengan estimasi mencapai US$17-US$20 miliar atau sekitar Rp300 triliun.
“Diperkirakan market cap bisa US$20 miliar, jadi kalau misal IPO sebesar 5 persen saja berarti US$1 miliar. Kalau 10 persen bisa US$2 miliar atau setara Rp30 triliun. Jadi weight PHE ini akan sangat signifikan bagi IHSG,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (25/7/2023).
Oleh karena itu, Toto menyatakan penting bagi PHE untuk menarik minat investor global selama masa penawaran awal atau book building. Musababnya, jika hanya mengandalkan kekuatan investor domestik, saham yang dilepas dipastikan tidak akan terserap.
“Pertanyaan seberapa besar market bisa serap? Kalau mengandalkan investor domestik mungkin tidak akan terserap seluruhnya, sehingga road show untuk book building dalam rangka memastikan adanya minat global investor menjadi penting,” pungkasnya.
Baca Juga
Dengan kapitalisasi pasar jumbo, rencana IPO PHE juga digadang-gadang akan menjadi hajatan terbesar pasar modal dengan estimasi penghimpunan dana hingga Rp30 triliun.
Raihan dana tersebut akan mengalahkan IPO terbesar saat ini yang dipegang oleh PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) yang meraup dana senilai Rp21,9 triliun.
Teranyar, konsorsium Pertamina, yang terdiri atas PHE dan Petronas, resmi mengambil alih 35 persen hak partisipasi atau participating interest (PI) Shell Upstream Overseas Services (I) Limited (SUOS), anak usaha Shell plc di proyek LNG Abadi Blok Masela pada Selasa (25/7/2023).
Dengan pengambilan porsi tersebut, aset PHE akan semakin membesar jelang rencana penawaran umum saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Apalagi, aset Blok Masela terbilang jumbo dengan estimasi produksinya mencapai 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun MTPA dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd).
Berdasarkan pernyataan resmi Shell, nilai divestasi 35 persen hak pengelolaan SUOS itu dilepas dengan harga sebesar US$650 juta setara dengan Rp9,75 triliun (asumsi kurs Rp15.002 per dolar AS) kepada Pertamina, yang menggandeng Petronas sebagai mitra konsorsium.