Bisnis.com, JAKARTA – Emiten grup BUMN, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) membukukan kenaikan pendapatan dan laba bersih sepanjang semester I/2023.
Berdasarkan laporan keuangan, PGEO membukukan pendapatan sebesar US$206,73 juta atau setara Rp3,10 triliun sepanjang semester I/2023. Pendapatan tersebut naik 11,94 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar US$184,73 juta.
Pendapatan tersebut ditopang oleh penjualan uap dan listrik kepada pihak berelasi yaitu PT Indonesia Power dari sumur Kamojang US$34,24 juta. Kemudian kepada pihak PLN yang bersumber dari 5 sumur yaitu Ulubelu, Lahendonh, Kamojang, Lumut Balai, dan Karaha.
Selain itu ada pula segmen subjumlah penjualan operasi sendiri sebesar US$195,56 juta. Selanjutnya ada production allowances pihak ketiga sebesar US$11,16 juta.
Sementara itu beban pokok pendapatan tercatat sebesar US$82,93 juta Rp1,24 triliun. Angka tersebut naik tipis dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US482,16 juta.
Laba bruto tercatat sebesar US$123,79 juta, setara dengan Rp1,85 triliun. Angka tersebut naik 20,69 persen dibandingkan dengan semester I/2023 sebesar US$102,56 juta.
Baca Juga
Sementara itu, pada semester I 2023, laba bersih PGEO naik sebesar 30,1 persen menjadi US$92,7 juta atau setara Rp1,39 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar US$71,3 juta.
Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Nelwin Aldriansyah mengatakan PGEO berhasil mempertahankan pertumbuhan kinerja keuangan seiring dengan penguatan operasional dan program efisiensi yang dijalankan.
“Posisi keuangan yang solid ini memacu kami untuk terus tumbuh secara berkelanjutan guna menyediakan energi hijau yang andal dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia,” ujar Nelwin.
Nelwin juga menjelaskan dari sisi produksi, PGEO juga menorehkan angka yang positif, yaitu 2.397,2 GWh naik 7,7 persen year-on-year.
Sementara itu, total hutang atau likuiditas berkurang dari US$935 juta menjadi US$731 juta dengan hutang bersih menurun drastis menjadi hanya US$66,95 juta. Dengan begitu, debt to equity ratio (DER) juga berkurang menjadi 39 persen dari akhir tahun 2022 sebesar 75 persen.
Kemudian ekuitas tercatat sebesar US$1,89 miliar sehingga total aset menjadi sebesar US$2,88 miliar.