Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten Group Pertamina, yakni PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS), dan PT Elnusa Tbk. (ELSA) diramal masih cukup prospektif seiring kuatnya lini bisnis yang digarap ketiga perusahaan.
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan bahwa sektor energi masih cukup prospektif, apalagi dengan pengembangan energi terbarukan yang semakin masif dilakukan.
Kondisi itu, kata Alfred, akan membuat sektor pendukung di sektor energi, seperti jasa distribusi dan perdagangan akan mendapatkan imbas positif dari hal tersebut.
“Esensinya, sumber daya energi yang terbatas membuat potensi kelangkaan besar sehingga demand tetap tinggi. Belajar dari kejadian krisis energi yang dialami Eropa oleh faktor gangguan suplai,” ujar Alfred saat dihubungi Bisnis, Kamis (13/7/2023).
Sementara itu, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio turut memberikan pandangan serupa. Dia menyatakan prospek cerah PGEO, PGAS, dan ELSA ditopang oleh lini bisnis dari ketiga emiten ini.
Menurutnya, sebagai emiten di sektor energi, ketiga perusahaan tersebut diuntungkan oleh permintaan yang akan selalu diperlukan, serta ditambah dengan kemampuan moat economy dari induk perusahaan, yakni PT Pertamina.
Baca Juga
Di sisi lain, Frankie juga menaruh perhatian pada capaian kinerja ketiga emiten tersebut. Pada kuartal I/2023, PGEO dan ELSA tercatat menorehkan pertumbuhan kinerja secara tahunan.
ELSA mampu mendulang laba bersih sebesar Rp114 miliar atau naik 53 persen year-on-year (yoy) pada kuartal pertama tahun ini, sementara laba PGEO naik 49,32 persen yoy menjadi US$46,96 juta atau setara dengan Rp702,99 miliar (Kurs Jisdor 31 Maret Rp14.977).
Adapun PGAS mencatatkan penurunan laba bersih 21,14 persen yoy menjadi US$94,55 juta atau Rp1,41 triliun pada kuartal I/2023. Hal ini disebabkan beban pendapatan naik lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan pendapatan, yang sejatinya juga meningkat.
“Namun, secara keseluruhan ketiga saham Grup Pertamina ini cukup prospektif, mengingat ekspansi yang dilakukan, seperti PGEO yang sudah dan terus menambah kapasitas listriknya. ELSA juga menargetkan pertumbuhan kinerjanya pada jasa distribusi logistik energi, serta utilisasi rig yang dimiliki dan jasa hulu migas,” kata Frankie.
Dia menambahkan bahwa PGAS juga diramalkan bertumbuh, khususnya dalam program transisi energi, serta pembangunan jaringan pipa gas dengan target 400.000 sambungan rumah dan peningkatan utilisasi gas di sektor transportasi.
PACU KINERJA
Di sisi lain, Direktur Utama PGEO Julfi Hadi menyampaikan akan memacu kinerja perseroan untuk mencapai target 1 gigawatt kapasitas terpasang dalam kurun dua tahun ke depan, lewat ekstraksi lanjutan pada sejumlah lapangan pengembangan milik perseroan.
Dia mengatakan bahwa masih terdapat 340 megawatt (MW) daya setrum potensial yang bisa dikembangkan untuk diutilisasi ke dalam kapasitas terpasang saat ini 672 MW.
“Lewat quick win proyek ini [340 MW], saya tidak perlu drilling [bor] lagi, jadi sudah ada di well head atau fluida itu diinjeksi kita pakai teknologi lagi untuk buat megawatt akselerasi dari biasanya 18 bulan jadi 12 bulan,” kata Julfi saat ditemui di Tangerang, Kamis (13/7/2023).
Beberapa potensi tambahan daya itu berasal dari lapangan panas bumi milik PGEO, di antaranya Lumut Balai (40 MW), Lumut Balai Unit 2 (55 MW) Hululais Unit 1 dan 2 (110 MW), Hululais Binary Unit (60 MW), Ulubelu (40 MW), dan Lahendong (35 MW).
Selain itu, sederet kerja sama strategis dengan beberapa pihak pun dilakukan agar PGEO mencapai target pengembangan bisnis panas bumi di Indonesia.
Julfi mengungkapkan bahwa anak perusahaan PT Pertamina ini akan menandatangani nota kesepakatan dengan PT Pembangunan Aceh (PEMA) untuk pengembangan wilayah kerja panas bumi di Seulawah, Aceh.
Tak cuma itu, perseroan turut bekerja sama dengan Chevron New Energy International untuk South Sumatera Grid Resources Confirmation sebesar 900 megawatt.
Kerja sama itu bertujuan memanfaatkan kekuatan yang saling melengkapi baik dari PGEO selaku perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia, dengan Chevron sebagai perusahaan energi multinasional yang berkomitmen untuk menyediakan energi terjangkau, dan lebih bersih.
“PGE bersinergi dengan Chevron yang diharapkan mampu memberi dampak positif secara luas bagi masyarakat, khususnya di wilayah Sumatera Selatan. Kerja sama ini juga merupakan bentuk langkah awal kami untuk menjadi perusahaan 1 GW dalam dua tahun kedepan,” kata Julfi.
Selain pengembangan wilayah kerja panas bumi, PGEO juga menjalin kerja sama dengan PT Kaishan Orka Indonesia dan PT Schlumberger Geophysics Nusantara. Upaya ini disebut sebagai langkah strategis untuk mengoptimalisasi binary technology dan steam recovery method.
Sementara itu, untuk mendorong komersialisasi karbon pada produksi listrik bisnis geothermal, PGEO akan mengumumkan kerja sama dengan Pertamina NRE dan Pertamina Patra Niaga.
_____
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.