Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Ditutup Menguat, Saham TOBA Melesat 19 Persen Lampaui GJTL

Sebanyak 306 saham parkir di zona hijau, 218 saham melemah, dan 220 saham stagnan pada penutupan IHSG hari ini.
Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA —  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,57 persen ke level 6.757,33. Penguatan IHSG terjadi ketika pasar mengantisipasi kebijakan The Fed selanjutnya untuk pertemuan akhir Juli ini.

IHSG tercatat menguat 38,35 poin dan sempat mencapai posisi tertinggi di 6.766,27 dan terendah di 6.712,07. Sebanyak 306 saham ditutup parkir di zona hijau, 218 saham melemah, dan 220 saham lainnya ditutup di posisi yang sama dengan harga kemarin.

Mayoritas indeks sektoral terpantau ditutup menguat dan hanya sektor kesehatan yang parkir di zona merah dengan koreksi 0,19 persen.

Sementara itu, indeks sektor energi perkasa dengan kenaikan 1,98 persen, konsumer cyclical menguat 2,17 persen dan sektor industri menguat 0,99 persen.

Saham-saham di daftar top 10 big cap ditutup bervariasi. Kenaikan tertinggi dialami saham BYAN dengan kenaikan 3,23 persen ke harga Rp16.000 per saham. Kemudian disusul GOTO yang naik 2,75 persen dan BMRI menguat 0,47 persen. 

Selanjutnya ASII naik 0,37 persen dan BBCA naik 0,28 persen ke harga Rp9.075 per sahamnya. Sementara itu, saham TOBA melesat 19 persen atau menempati posisi atas top gainers hari ini. Adapun saham GJTL koleksi Lo Kheng Hong menguat 14,53 persen. 

Di sisi lain, TPIA menjadi saham kapitalisasi jumbo dengan koreksi terdalam yakni sebesar 1,43 persen. Kemudian disusul UNVR dan BBNI masing-masing turun 1,39 persen dan 0,55 persen.

Pilarmas Investindo Sekuritas dalam riset menyebutkan bursa regional Asia sempat kembali tertekan pada sesi tengah hari akibat sikap pelaku pasar atau investor yang memprediksi The Fed akan kembali menaikkan suku bunga pada pertemuan berikutnya akhir bulan ini.

Dalam risalah terbaru, mayoritas pejabat The Fed memperkirakan kenaikan suku bunga lebih lanjut tahun ini bisa berlanjut untuk mengekang inflasi yang sangat tinggi di tengah pasar tenaga kerja yang cukup kuat.

“Sehingga ini memberikan indikasi kebijakan Federal Reserve terbaru memperkuat ekspektasi untuk kenaikan suku bunga bulan,” tulis Pilarmas.

Dari dalam negeri, penguatan IHSG terjadi sebagai respons atas kondisi fundamental ekonomi dalam negeri yang positif. Sebelumnya Lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB dengan outlook stabil.

“Ini menunjukkan keyakinan kuat pemangku kepentingan internasional atas stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga di tengah peningkatan risiko global yang berasal dari tensi geopolitik dan perlambatan ekonomi global,” tulis Pilarmas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper