Bisnis.com, JAKARTA -- Sebanyak 65 perusahaan mengantre untuk IPO pada semester II/2023. Namun, IPO anak usaha Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang dikabarkan melantai di bursa pada Juni 2023 masih belum juga terlaksana.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Inarno Djajadi mengatakan bahwa IPO PHE belum masuk dalam daftar perusahaan yang antre IPO pada semester II/2023.
"Jadi IPO PHE itu saat ini kami juga belum bisa memberikan secara detail karena masih dalam proses penelaahan di kami dan sekarang belum praefektif, tunggu saja semoga bisa masuk di tahun ini," katanya dalam paparan hasil Rapat Dewan Komisioner OJK, Selasa (4/7/2023). Untuk pipeline IPO tahun ini, Inarno menyebutkan terdapat 90 rencana penawaran umum dengan nilai sebesar Rp6,9 triliun dan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 65 perusahaan.
IPO Pertamina Hulu Energi sebelumnya dikabarkan akan melantai di Bursa Efek Indonesia pada Juni 2023, dengan target dana dihimpun mencapai Rp30 triliun. Dengan target raihan dana tersebut, IPO PHE digadang-gadang akan menjadi hajatan besar untuk pasar modal.
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengatakan, untuk pelaksanaan IPO PHE, Kementerian BUMN masih perlu melihat perkembangan pasar termasuk minat investor di pasar ekuitas dalam dua pekan ke depan. Namun, dia memastikan dokumen registrasi pertama dan kedua sudah diserahkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan menunggu untuk registrasi selanjutnya.
"Kita berharap, kalau memang ada timingnya, kita akan lihat 1-2 bulan ini. Tapi ini tergantung pada keadaan pasar ekuitas seperti apa. Kalau misalnya kurang, maka kita akan tunda dilihat tahun depan," kata Pahala kepada wartawan, Senin (3/7/2023). Dalam hal ini, Kementerian BUMN juga mengaku masih perlu berdiskusi dengan OJK dan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenai potensi pelepasan saham PHE ke publik di bawah 7,5 persen.
Baca Juga
Pasalnya, kapitalisasi pasar dari anak usaha Pertamina itu cukup besar dengan estimasi US$17-20 miliar. "Terutama karena ada batasan saat ini perusahaan publik harus 7,5 persen. Jadi nanti kita akan bicara dengan BEI dan OJK mengenai aturan tersebut mungkin nggak kalau misalnya tidak 7,5 persen," jelasnya. Di samping itu, BUMN telah menggandeng 5 joint lead underwriters asing maupun lokal yaitu Citibank, J.P Morgan, Credit Suisse, Mandiri Sekuritas, dan BRI Danareksa sebagai penasihat utama IPO.
Sebelumnya, Pahala juga menuturkan bahwa PHE disebut bakal melepas porsi 5 hingga 10 persen saham kepada publik dalam penawaran umum saham perdana di BEI yang ditarget selesai akhir semester pertama 2023.