Bisnis.com, JAKARTA — JP Morgan memilih PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel sebagai andalan ketika sektor menara telekomunikasi mulai menjadi incaran.
Memasuki paruh kedua tahun ini, berarti semakin dekat pula gelaran pesta politik 2024. Di sisi lain, landainya suku bunga Bank Indonesia memberikan optimisme bagi sektor saham tertentu seperti menara telekomunikasi.
Pemilu 2024 dan suku bunga Bank Indonesia diperkirakan bakal menjadi landasan utama investor mengemudikan modalnya ke saham-saham tertentu. Direktur Utama Infovesta Utama Parto Kawito pun mengungkapkan manajer investasi reksa dana syariah bakal memanfaatkan momentum pemilu untuk meracik komposisi investasinya dengan memasukkan saham-saham telekomunikasi ke produk-produknya.
Adapun sektor menara telekomunikasi berpotensi menjadi salah satu incaran. Dari tiga pemain yang melantai di bursa, mana saham yang paling legit?
Berdasarkan data yang dikoleksi Bisnis, bila mengacu pada indikator net profit margin (NPM) maka PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel lebih unggul dibandingkan kedua kompetitornya. Yakni, PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG).
Sebagaimana diketahui, net profit margin adalah rasio persentase yang mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam mengoperasikan bisnis untuk menghasilkan laba bersih.
Baca Juga
Pada kuartal I/2023, rasio NPM Mitratel berada pada posisi 24,38 persen dengan laba Rp501 miliar dan pendapatan Rp2,06 triliun. Perolehan ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil pada 2022 dan 2021 sebesar 23,09 persen dan 20 persen.
Di sisi lain, TOWR dan TBIG kendati memiliki NPM yang lebih tinggi tapi tengah berada dalam tren penurunan. NPM TOWR pada kuartal I/2023 26,27 persen sedangkan pada akhir 2022 sebesar 31 persen dan akhir 2021 39,5 persen.
Begitu pun dengan TBIG yang mencatatkan NPM pada kuartal I/2023 sebesar 20,52 persen. Telah terjadi penurunan bila dikomparasi dengan torehan final 2022 dan 2021 sebesar 24 persen.
Melihat hal tersebut, tim riset JP Morgan pun merekomendasikan overweight bagi saham MTEL dan netral bagi TBIG dan TOWR. Overweight berarti saham tersebut memiliki performa yang lebih baik ketimbang kompetitor dan lebih tinggi dari indeks.
Dengan begitu, mereka menargetkan saham MTEL bisa menuju hingga ke level Rp900. "Sebagai pemain menara terkemuka, Mitratel memiliki posisi yang baik untuk pertumbuhan organik dan anorganik, menurut pandangan kami. Didukung oleh pertumbuhan data nirkabel, ekspansi jaringan, hubungan dengan operator seluler, dan fleksibilitas keuangan untuk mendukung pertumbuhan anorganik. Kami memperkirakan CAGR FY22-25E sebesar 8 persen revenue," sebut tim pada Selasa (4/7/2023).
Mereka pun memperkirakan pertumbuhan didorong oleh kombinasi pertumbuhan menara build-to-suit, peningkatan kolokasi, dan akuisisi anorganik. Tim riset JP Morgan pun menilai persyaratan sewa menara yang menarik menghasilkan kolokasi yang bagus dalam akuisisi anorganik. Dengan begitu mereka mempertahankan peringkat overweight.
Adapun risiko yang mampu mengganjal kinerja perseroan hanyalah perubahan dalam hubungan kerjasama dengan Telkom dan juga kenaikan suku bunga.
Sementara itu, Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan melihat adanya potensi kenaikan saham sebesar 35 persen jika dibandingkan dengan harga penutupan pekan lalu di Rp665 dengan target harga saham yang telah dia tetapkan Rp900.
Menurutnya, MTEL telah memecahkan rekor ebitda margin dengan pertumbuhan 81,5 persen menjadi Rp1,7 triliun.
Steven menilai saham MTEL lebih atraktif jika dibandingkan secara EV/Tower dan EV/Tenant terhadap kedua kompetitornya. Pasalnya, MTEL kini diperdagangkan pada level 1,9 kali rasio EV/Tower sedangkan TOWR 3,2 kali dan TBIG 3,6 kali. Begitu pun dengan rasio EV/Tenant, MTEL 1,3 kali, TOWR 1,7 kali dan TBIG 1,9 kali.