Bisnis.com, SURABAYA - Emiten pipa baja las PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk atau Spindo (ISSP) memutuskan untuk membagikan dividen tahun ini dengan lebih konservatif yakni sebesar Rp6 per saham atau setara Rp42,39 miliar.
Wakil Presiden Direktur Spindo, Tedja Sukmana Hudianto menjelaskan, pada 2022 perseroan berhasil mencatatkan kinerja pendapatan sebesar Rp6,23 triliun atau meningkat 14,6 persen dibandingkan capaian 2021 sebesar Rp5,38 triliun.
“Dari capaian pendapatan itu, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp305,8 milliar dan memutuskan untuk melanjutkan tradisi pembagian dividen sejak 2021 sebesar Rp42,39 miliar atau setara Rp6 per saham,” ujarnya dikutip dalam rilis, Senin (3/7/2023).
Dengan begitu, lanjut Tedja, pay out ratio perseroan yakni 13,9 persen, dan sebanyak Rp10 miliar akan digunakan sebagai dana cadangan, dan sisanya sebagai laba ditahan untuk menambah modal kerja perseroan.
Dia mengatakan, pembagian dividen tahun ini dilakukan dengan lebih konservatif mengingat adanya sejumlah faktor risiko yang harus diantisipasi ke depannya.
“Beberapa faktor yang mempengaruhi pembagian dividen yakni adanya tren penurunan kinerja ekonomi global. Trend tersebut juga seiring dengan penurunan harga komoditas baja mulai dari kuartal III/2022 yang dapat meningkatkan risiko terjadinya perlambatan ekonomi global di tahun mendatang,” jelasnya.
Baca Juga
Selain itu, tambah Tedja, perseroan juga mengantisipasi tahun politik 2023 dan 2024 yang dapat berdampak pada perekonomian nasional, iklim investasi, dan permintaan pipa baja.
“Kami juga mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan modal kerja untuk menghadapi volatilitas harga pasar, dan untuk memastikan daya saing perseroan dalam tender terhadap proyek infrastruktur,” ujarnya.
Tedja menambahkan, hingga semester I/2023 ini, perseroan masih tetap optimistis terhadap pencapaian target 2023 lantaran permintaan pasar dalam negeri secara umum masih cukup baik, tetapi akan lebih konservatif terhadap keuangan.
“Jika diperlukan, perseroan akan mengadakan penyesuaian target sekitar kuartal III tahun ini,” katanya.
Guna menjaga dan meningkatkan kinerja ke depan, perseroan masih menerapkan strategi yang berfokus pada optimalisasi modal kerja, berupa AR & inventory control untuk menghadapi volatilitas harga pasar dan ketersediaan pasokan. Perseroan juga berupaya memperluas aplikasi penggunaan pipa baja ke berbagai sektor-sektor usaha lain yang belum dilayani oleh ISSP saat ini.
“Perseroan juga mempunyai target untuk mencapai produksi 500.000 ton per tahun pada 2025 mendatang, tetapi dengan berhati –hati mempertimbangkan faktor dalam dan luar,” imbuh Tedja.
Diketahu, ISSP saat ini memiliki 6 unit pabrik yang tersebar di Jatim dan Jabar dengan kapasitas produksi 600.000 ton per tahun. Lebih dari 60 persen produk ISSP digunakan di bidang infrastruktur, konstruksi, utilitas, sedangkan sisanya digunakan di sektor minyak dan gas, dan otomotif.