Bisnis.com, JAKARTA - Emiten unggas PT Malindo Feedmill Tbk. (MAIN) membidik untuk mengekspor produk olahan ayam seperti nugget, sosis, dan produk frozen food lainnya ke berbagai negara, salah satunya yakni Uni Emirat Arab (UEA).
Direktur Malindo Rewin Hanrahan mengatakan sebelum membidik ekspor ke UEA, perseroan telah mendapatkan persetujuan ekspor dari otoritas Singapura dan Jepang, serta akan merealisasikannya dalam waktu dekat ini.
"Mengenai strategi meningkatkan ekspor, sekarang ini kami aktif menjangkau pembeli potensial dari luar negeri. Dalam waktu dekat ini mungkin yang akan kami ekspor karena sudah ada persetujuan dari negara penerimanya juga, yaitu dari Singapura dan Jepang," ujarnya dalam paparan publik, Selasa, (27/6/2023).
Lebih lanjut dia mengatakan, MAIN telah mengundang perwakilan dari negara Uni Emirat Arab untuk datang dan mengaudit kapasitas pabrik Malindo. "Sehingga kami bisa segera mengembangkan ekspor ke UEA," katanya.
Berdasarkan informasi dari laman resmi Malindo, Delegasi Ministry of Climate Change and Environment (MOCCAE) Uni Emirat Arab, Dr Kaltham Kayaf mengunjungi Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) Malindo yang terletak di Purwakarta, Jawa Barat pada 7 Juni 2023 untuk melihat proses produksi dan menjajaki peluang kerja sama.
Delegasi UEA tersebut menyampaikan bahwa Indonesia sudah bisa ekspor produk olahan hasil unggas ke UAE sedangkan untuk ayam beku masih menunggu hasil dari kunjungan mereka ke Indonesia.
Baca Juga
Ditinjau secara kinerja, MAIN masih membukukan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk MAIN sebesar Rp172,86 miliar pada kuartal I/2023, dibandingkan periode tahun sebelumnya yang mencetak laba Rp10,47 miliar.
Penjualan perseroan turun 2,71 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp2,67 triliun dibanding kuartal I/2022 sebesar Rp2,75 triliun.
Secara rinci berdasarkan segmen, penjualan perseroan ditopang oleh pakan ternak (feedmill) yang berkontribusi Rp2,14 triliun, diikuti pendapatan peternakan DOC (breeder) Rp353,01 miliar, ayam pedaging (broiler) Rp843,55 miliar, dan pengolahan makanan hasil peternakan Rp60,54 miliar. Penjualan tersebut dikurangi biaya eliminasi Rp718,9 miliar.
Menariknya, beban pokok penjualan justru meningkat 2,61 persen yoy menjadi Rp2,61 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp2,55 triliun. Alhasil, laba bruto perseroan terpangkas 69,37 persen menjadi Rp62,44 miliar dibanding Rp203,87 miliar pada periode sebelumnya.
Berdasarkan neraca, total aset MAIN hingga 31 Maret 2023 turun menjadi Rp5,56 triliun dibandingkan posisi akhir Desember 2022 sebesar Rp5,74 triliun. Liabilitas tercatat masih stabil di kisaran Rp3,35 triliun, sedangkan ekuitas turun menjadi Rp1,90 triliun dibandingkan akhir 2022 sebesar Rp2,07 triliun.