Bisnis.com, JAKARTA – Induk PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) di Amerika Serikat yakni Vale SA tengah mesra dengan Arabia’s Public Investment Fund (PIF) untuk mengakuisisi saham perseroan.
Mengutip pemberitaan Bloomberg, PIF muncul sebagai penawar utama untuk mengakuisisi saham di operasi nikel dan tembaga Vale SA bernilai miliaran dolar AS. PIF sedang dalam diskusi lanjutan dengan penambang Brasil tentang kesepakatan untuk sekitar 10 persen kepemilikan di unit logam dasarnya.
Menurut sumber Bloomberg, akuisisi saham Vale SA oleh PIF bisa bernilai sekitar US$2,5 miliar. PIF kini berada di putaran terdepan akuisisi melampaui Mitsui & Co. dari Jepang dan Qatar Investment Authority.
PIF dapat melakukan kesepakatan Vale melalui usaha patungan yang didirikan pada bulan Januari dengan perusahaan tambang milik negara Arab Saudi, Maaden. Perusahaan itu didirikan untuk mengambil saham minoritas dalam bisnis bijih besi, tembaga, nikel, dan litium, merupakan bagian dari upaya Arab Saudi untuk mendiversifikasi ekonominya dari minyak dan mengamankan akses ke mineral strategis.
Juru bicara PIF dan Maaden tidak segera memberikan komentar atau tidak bisa dihubungi. Perwakilan Mitsui dan QIA menolak berkomentar. Vale mengatakan, pada tahap ini, pihaknya tidak dapat memastikan jumlah investasi akhir atau pihak-pihak yang terlibat, menurut Bloomberg.
Di dalam negeri, anak usaha Vale SA yakni INCO tengah dalam pembicaraan dengan Pemerintah Indonesia untuk melepaskan mayoritas sahamnya. Sebelumnya dalam pemberitaan Bisnis, Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih belum mau menanggapi lebih jauh terkait dengan proses divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) kendati kontrak tambang perusahaan asing itu kian menipis.
Baca Juga
Menurutnya, upaya penyelesaian divestasi saham INCO masih dalam proses pembicaraan. Padahal masa operasi Vale Indonesia berakhir pada 28 Desember 2025 dan Vale Indonesia punya waktu hingga akhir 2024 untuk menawarkan harga divestasi saham, tetapi Jokowi irit bicara terkait dengan perkembangan ambil alih saham tersebut.
“Belum, masih proses. Masih dalam proses. Jadi belum bisa saya sampaikan karena masih dalam proses. Jadi belum,” ucapnya usai meninjau smelter tembaga PT Freeport Indonesia, dikutip Rabu (21/6/2023).
Sementara itu, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira dalam keterangannya mengatakan jika Vale SA diakuisisi maka saham pengendali akan berpindah tangan. Dengan begitu, arah strategi bisnis bisa berubah dan berdampak pada perusahaan di masa depan.
“Arah strategi perusahaan misalnya terkait hilirisasi juga berisiko berubah. Maka dari itu penting agar divestasi Vale bisa 51 persen dimiliki pemerintah Indonesia,” kata Bhima pada Senin, (26/6/2023).
Maka itu menurutnya pemerintah melalui MIND ID, harus segera mengunci posisi pemegang saham pengendali dari Vale Indonesia. Pemerintah, lanjutnya, bisa memastikan hilirisasi mineral bisa berjalan, dan bahan baku nikel untuk ekosistem kendaraan listrik terjamin.
“Pemerintah harus jadi pengendali. Jadi lebih baik percepat divestasi bahkan opsi pengakhiran kontrak karya Vale sebelum ada perubahan strategi di tingkat induk,” ujarnya.