Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Naik di Tengah Bayang-bayang Kenaikan Suku Bunga AS, Ini Penyebabnya

Harga emas kembali di tengah memanasnya perang Rusia dan Ukraina, naik meski dibayangi tekanan dari kenaikan suku bunga AS.  
Dampak suku bunga naik terhadap emas./Freepik
Dampak suku bunga naik terhadap emas./Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas sempat melemah sebelum kembali bergerak di zona hijau pada perdagangan Minggu (25/6/2023), akibat kembali memanasnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina.

Mengutip data Bloomberg, Minggu (25/6/2023), harga emas Spot terpantau naik 0,38 persen atau 7,19 poin ke US$1.921,20 per troy ons. Sementara itu, harga emas Comex naik 5,90 poin atau 0,31 persen ke US$1.929,60 per troy ons. 

Sebelumnya, pada Jumat (23/6/2023) harga emas sempat melemah di zona US$1.914 per troy ons atau ke level terendah dalam tiga bulan setelah pejabat Fed memperkuat prospek tingkat suku bunga acuan bank sentral AS yang lebih tinggi.

Ketua Fed Jerome Powell menyebutkan di hadapan Komite Perbankan Senat AS, memiliki pandangan ekonomi yang sama mengenai pertumbuhan ekonomi yang moderat, sedikit peningkatan pengangguran, dan inflasi yang perlahan menurun. 

Prospek tersebut yang membuat sebagian besar pembuat kebijakan merasa perlu adanya kenaikan suku bunga lebih lanjut, tetapi dengan kecepatan yang memungkinkan pembuat kebijakan untuk bisa menilai terlebih dahulu data yang masuk. Mayoritas pembuat kebijakan melihat setidaknya dua kenaikan suku bunga sebesar seperempat poin lagi pada akhir tahun ini. 

Mengenai penurunan suku bunga, Powell jug mengatakan tidak melihat rencana itu dalam waktu dekat dan harus menunggu hingga bank sentral AS meyakini inflasi bergerak turun 2 persen. 

Anggota Dewan Gubernur Fed Michelle Bowman juga mengamini nada hawkish Ketua Fed Jerome Powell yang merasa kenaikan suku bunga tambahan akan diperlukan untuk menurunkan inflasi. 

Sementara itu, data Departemen Ketenagakerjaan AS melaporkan bahwa tunjangan pengangguran tetap stabil di level tertinggi dalam enam pekan sebesar 264.000, lebih tinggi dari ekspektasi 261.000. 

Di sisi lain, semakin meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina setelah tentara bayaran Rusia Yevgeny Prigozhin menyatakan bakal membalas dendam kepada Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu. 

Terhadap serangan tersebut, Rusia mempersiapkan tank di pusat kota menyusul rencana kudeta yang akan dilakukan oleh Grup Warner dan mulai memukul mundur pasukan tersebut. 

Menanggapi hal ini, Chief Global Strategist LPL Financial Quincy Krosby mengatakan bahwa jika ketidakpastian meningkat, bisa meningkatkan permintaan pada aset aman, seperti emas dan membawa naik harganya. 

"Di tengah ketidakpastian, snda akan melihat Treasury, emas, hingga yen Jepang mendapatan permintaan dan akan cenderung menguat dalam situasi seperti ini," ungkap Krosby, dilansir Reuters, Minggu (25/6/2023). 

Di sisi lain, Chief Strategist di Interactiive Brokers Steve Sosnick menilai bahwa Rusia, di tengah berbagai ketegangan, masih bisa menjual banyak bahan mentah ke negara-negara seperti China, yang penting bagi pasokan global.  

"Masuk akal jika memperkirakan harga minyak dan komoditas utama lainnya akan naik. Jika harga minyak naik tajam, hal itu akan membebani ekuitas dan memicu kembali kekhawatiran stagflasi. Sementara itu, emas masih sulit diprediksi. Secara teori harga emas bisa mendapat manfaat dari pilihan sebagai aset aman, tapi nyatanya penguatan  dolar AS dapat menghambat kenaikan harganya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper