Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp14.998 pada perdagangan Jumat (23/6/2023). Pelemahan terjadi pasca the Fed memberi sinyal kembali menaikkan suku bunga acuan.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.05 WIB, rupiah ditutup terkoreksi 0,39 persen ke Rp14.940,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,55 persen ke 102,95.
Bersamaan dengan rupiah beberapa mata uang kawasan Asia yang turut melemah adalah won Korea Selatan turun 0,73 persen, dolar Singapura turun 0,48 persen, dan ringgit Malaysia turun 0,46 persen.
Selanjutnya, rupee India turun 0,37 persen, baht Thailand turun 0,36 persen, peso Filipina turun 0,21 persen, dan dolar Taiwan turun 0,12 persen.
Sementara itu, mata uang Asia yang menguat di hadapan dolar AS adalah yen Jepang naik 0,17 persen, dolar Hong Kong naik 0,02 persen, dan yuan China naik 0,02 persen.
Analis Sinarmas Futures Ariston Tjendra memproyeksikan rupiah bersama nilai tukar lainnya kemungkinan berbalik melemah terhadap dolar AS pada pagi ini. Para pelaku pasar disebut mulai mengantisipasi adanya kenaikan suku bunga acuan pada Juli 2023.
Baca Juga
“Survei CME FedWatch Tool memperlihatkan kenaikan probabilitas bahwa suku bunga AS akan naik 25 bp di bulan Juli dari sekitar 74 persen menjadi 76,9 persen,” tutur Ariston dalam riset, Jumat (23/6/2023).
Dalam rapat dengar pendapat dengan Kongres AS selama 2 hari, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan suku bunga AS masih akan di level tinggi dan kemungkinan masih ada dua kenaikan lagi demi menurunkan inflasi AS.
Selain itu, Powell juga menyebut the Fed belum melihat adanya pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Data perekonomian AS pun tidak sepenuhnya menunjukkan perlambatan dengan data perumahan AS yang dirilis memperlihatkan pertumbuhan.
Dari dalam negeri, Ariston mengatakan prospek pertumbuhan perekonomian Indonesia dan inflasi yang stabil kemungkinan dapat membantu menahan pelemahan rupiah agar tidak terlalu dalam.