Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Tahan Suku Bunga Sektor Menara Dapat Angin Segar, MTEL Diuntungkan?

Keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan diyakini dapat berimbas positif bagi sektor menara telekomunikasi.
Jajaran Direksi Mitratel (ki-ka) CFO Ian Sigit Kurniawan, CBO Noorhayati Candrasuci, CEO Theodorus Aedi Hartoko, COO Pratignyo Arif./Istimewa
Jajaran Direksi Mitratel (ki-ka) CFO Ian Sigit Kurniawan, CBO Noorhayati Candrasuci, CEO Theodorus Aedi Hartoko, COO Pratignyo Arif./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA  – Keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan diyakini dapat berimbas positif bagi sektor menara telekomunikasi.

Analis MNC Sekuritas Tirta Citradi menyatakan dengan keputusan mempertahankan suku bunga, investor pasar modal sudah mengantisipasinya. Sejauh ini, menurutnya sektor properti masih menjadi andalan investor tetapi ada kemungkinan aliran dana dapat berpindah ke sektor menara dan telekomunikasi.

“Kemungkinan ke depan ini bisa jadi katalis untuk saham lain dengan karakteristik yang mirip seperti telco & tower misalnya karena padat modal dan memiliki leverage tinggi” ujar Tirta dalam riset hariannya pada Jumat (23/6/2023).

Dlaam catatanya, harga saham perusahaan penyedia tower telekomunikasi dengan market cap besar masih turun lebih dari 5 persen. Adapun selama tahun berjalan saham PT Sarana Menara Inftastruktur Tbk (TOWR) terkoreksi 5,5 persen. Lalu saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) tercatat turun 11,7 persen dan yang paling dalam pelemahannya adalah PT Dayamitra Telekomunkasi Tbk (MTEL) dengan penurunan 16,3 persen.

Secara teknikal, lanjutnya, Enterprise Value terhadap EBITDA (EV/EBITDA) saham TOWR dengan koreksi paling minim ditransaksikan dengan rasio hampir 11 kali. Kemudian saham TBIG memiliki rasio EV/EBITDA kisaran 14 kali dan saham MTEL ditransaksikan dengan rasio EV/EBITDA di sekitar 11 kali.

Apabila mengacu pada rasio EV/EBITDA, saham TOWR dan MTEL masih lebih murah dibandingkan dengan TBIG. Maka itu, Tirta merekomendasikan saham-saham menara yang memiliki leverage lebih terjaga.

Sebagai informasi, rasio Debt/EBITDA MTEL pada kuartal I/2023 tercatat sebesar 2,15 kali sedangkan kompetitor lainnya seperti TOWR dan TBIG berada di atas 4 kali. Bahkan rasio leverage MTEL jauh di bawah kovenan bank untuk Debt/EBITDA di bawah 5 kali.

Sementara itu, Fakhrul Arifin analis BCA Sekuritas dalam risetnya menyebutkan dengan karakteristik industri menara yang padat modal, Mitratel memili neraca [balance sheet] kuat dan sehat dibandingkan dengan kompetitor.

Sebagai catatan, MTEL membukukan kinerja keuangan yang solid dari di kuartal I/2023, EBITDA perseroan tumbuh 21 persen secara year on year dan mencatatkan pertumbuhan tertinggi dibandingkan TBIG yang cenderung flat dan TOWR yang tumbuh 9 persen saja.

Fakhrul memberikan rekomendasi beli untuk saham MTEL dengan target harga di Rp 950 per saham yang menunjukkan bahwa saham MTEL saat ini undervalued dan berpotensi memberikan return sebesar 42 persen jika harga kembali ke valuasi wajarnya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper