Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia memproyeksikan nilai tukar rupiah akan tetap menguat, meskipun per 21 Juni 2023 tercatat melemah sebesar 0,56 persen dibandingkan rerata kurs Mei 2023.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa melemahnya rupiah akibat ketidakapsatian pasar keuangan global.
Meski melemah, rupiah secara point-to-point menguat, baik dibandingkan dengan Mei 2023 maupun akhir 2023 yang masing-masing sebesar 0,3 persen dan 4,17 persen.
“Ke depan Bank Indonesia memperkirakan apresiasi nilai tukar rupiah akan terus berlanjut ditopang oleh surplus transaksi berjalan dan aliran masuk modal asing seiring prospek petumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik,” tuturnya dalam konferensi pers, Kamis (22/6/2023).
Lebih lanjut, Perry yang menjabat sebagai gubernur BI dua periode tersebut mengatakan bahwa perkembangan nilai tukar rupiah sejauh ini lebih baik dari negara Asia lainnya, seperti rupee-India dan peso-Filipina, masing masing sebesar 0,85 persen dan 0,15 persen. Di sisi lain, nilai tukar bath milik Thailand mencatat depresiasi 0,7 persen.
Perry menegaskan bahwa BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah khususnya melalui triple intervention dan twist operation untuk mengendalikan inflasi barang impor dan memitigasi risiko rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca Juga
Selian itu, operasi moneter valas terus diperkuat termasuk optimalisasi term deposit valas, devisa hasil ekspor (DHE), serta penambahan frekuensi dan tenor lelang tern deposit valas jangka pendek.
Adapun, pada hari ini, rupiah dibuka menguat ke Rp14.931,50 per dolar AS pada awal perdagangan. Sementara itu, pada akhir perdagangan hari ini rupiah ditutup naik 0,08 persen di angka Rp14.940 per dolar AS.