Bisnis.com, JAKARTA — Penerbitan obligasi korporasi pada 2023 diperkirakan lebih rendah apabila dibandingkan tahun 2022. Rendahnya penerbitan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Vice President Credit Analyst Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Teddy Hariyanto mengatakan penerbitan obligasi korporasi agak lebih rendah daripada tahun lalu. Dia mencontohkan pada April 2022 lalu penerbitan obligasi korporasi bisa mencapai Rp15 triliun, tetapi pada April 2023 ini hanya Rp7 triliun.
Begitu pula pada Mei 2022 yang mencapai Rp10 triliun, jika dibandingkan Mei 2023 yang hanya Rp4 triliun.
"Kami melihat penerbitan obligasi korporasi secara setahun, tahun 2023 ini bisa sedikit lebih rendah dibandingkan 2022 lalu. Proyeksi kami akan sekitar Rp140-Rp150 triliun. Nilai ini lebih rendah dari total penerbitan 2022 lalu yang mencapai Rp157 triliun," kata Teddy kepada Bisnis, Kamis (22/6/2023).
Menurutnya, lebih rendahnya penerbitan obligasi korporasi di 2023 ini dilatarbelakangi oleh faktor global ekonomi seperti kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi global yang masih sangat volatil akibat resesi di beberapa negara di Eropa, ketidakpastian kebijakan Amerika dan The Fed, perang berkepanjangan Rusia-Ukraina, dan pertumbuhan ekonomi China yang melambat.
Sementara itu, ruang penerbitan obligasi korporasi saat ini menurut Teddy disupport oleh kondisi dalam negeri yang masih baik, likuiditas dalam negeri yang masih ample, dan karena kondisi makro ekonomi Indonesia yang baik.
Baca Juga
"Selain itu, dana investor asing yang masuk ke Indonesia banyak, dan bahkan mampu menurunkan tingkat government bond yield yang menjadi benchmark penetapan kupon untuk penerbitan obligasi korporasi," ucapnya.
Adapun Mandiri Sekuritas mencatat pada bulan Mei-Juni 2023 penerbitan obligasi korporasi cukup ramai. Pada Juni 2023, Teddy memperkirakan penerbitan obligasi korporasi mencapai sekitar Rp7 triliun.
"Bulan Juni ini banyak yang menerbitkan terutama di sektor multifinance, pulp and paper, tower telekomunikasi, minyak dan gas, juga Bank Mandiri," ujarnya.
Teddy menjelaskan issuer obligasi akan membutuhkan untuk melakukan refinancing, mengingat obligasi korporasi yang jatuh tempo di bulan Juli, Agustus, dan September 2023 cukup banyak.
Selain itu, upaya issure memperbaiki struktur hutang dengan tenor panjang dengna suku bunga tetap untuk ekspansi usaha, serta memanfaatkan timing ketika bond yield turun juga menjadi support factors untuk penerbitan obligasi korporasi saat ini.