Bisnis.com, JAKARTA - Beberapa emiten menerbitkan obligasi korporasi meskipun Federal Reserve atau The Fed diperkirakan mengerek suku bunga acuan pada semester II/2023.
Emiten minyak dan gas (migas) PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) bakal segera menerbitkan Obligasi Berkelanjutan V Tahap I Tahun 2023 senilai Rp1 triliun. Masa penawaran awal berkisar 16-22 Juni 2023, sedangkan tanggal emisi 7 Juli 2023.
Selanjutnya, Emiten Hary Tanoe PT Global Mediacom Tbk. (BMTR) menawarkan surat utang berupa obligasi dan sukuk senilai Rp1,7 triliun dengan periode bookbuilding 15-23 Juni 2023 dan tanggal emisi 7 Juli 2023. Selain itu, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) juga menerbitkan obligasi dan sukuk senilai Rp4 triliun.
The Fed mengisyaratkan masih akan menaikkan suku bunga dua kali lagi hingga sisa tahun berjalan atau pada semester II/2023.
Mengutip Bloomberg, Rabu (21/6/2023) proyeksi suku bunga kuartalan The Fed atau dot plot, yang menunjukkan median suku bunga naik menjadi 5,6 persen pada akhir tahun, naik dari 5,1 persen pada proyeksi kuartalan sebelumnya.
Sebagian besar pejabat The Fed setuju bahwa pengetatan lebih lanjut diperlukan untuk menahan tekanan inflasi. Perkiraan tersebut menyiratkan bahwa para pejabat memperkirakan dua kali kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin atau satu kali kenaikan 50 basis poin sebelum akhir tahun.
Baca Juga
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan prospek obligasi korporasi masih cerah seiring dengan banyaknya emiten yang membutuhkan dana untuk ekspansi maupun penyelesaian utang usai dihantam pandemi Covid-19.
Selain itu, kondisi makroekonomi dalam negeri yang relatif stabil juga mendukung untuk penerbitan obligasi korporasi.
"Karena likuiditas dalam negeri yang cukup baik akhirnya menekan yield SBN sehingga selisih dengan US Fed Fund Rate semakin sempit dibandingkan periode 3-4 tahun lalu, dan ini cukup baik dari sisi pertumbuhan pasar seperti penerbitan obligasi pemerintah maupun korporasi," ujar Ramdhan kepada Bisnis, Rabu, (21/6/2023).
Meski demikian, menurutnya obligasi korporasi tak lepas dari rekam jejak perusahaan penerbit (issuer), mengingat banyaknya kasus gagal bayar (default) kupon obligasi oleh obligor.
"Industri surat berharga tidak luput dari track record dan kepercayaan investor, karena selama ini beberapa kejadian banyak perusahaan yang gagal bayar maupun penurunan rating menjadi concern dari investor terhadap emiten yang menerbitkan obligasi mereka di pasar," katanya.
Sehingga, menurutnya bagi perusahaan yang memiliki track record yang baik di pasar akan tetap memilih obligasi sebagai salah satu opsi penggalangan dana, karena proses penerbitannya lebih mudah. Sedangkan bagi perusahaan yang belum punya rekam jejak baik akan memiliki tantangan lebih untuk menerbitkan surat utang.