Bisnis.com, JAKARTA - Penerbitan surat utang korporasi pada periode Mei-Juni 2023 menjadi semarak seiring kebutuhan perusahaan untuk melakukan refinancing. Analis mencermati terdapat beberapa instrumen obligasi yang menarik minat investor saat ini ketika The Fed dalam posisi hawkish.
Vice President Credit Analyst Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Teddy Hariyanto menuturkan instrumen yang ramai diterbitkan saat ini adalah obligasi korporasi konvensional dengan tenor 1 tahun, 3 tahun dan 5 tahun. Kemudian, rating instrumen yang diminati investor adalah obligasi dengan rating A ke atas hingga AAA.
"Pertimbangannya, obligasi plain vanila bagi investor lebih menarik karena likuiditas di secondary market lebih baik dibandingkan sukuk. Jadi lebih mudah untuk menjual maupun membeli," kata Teddy, dihubungi Kamis (22/6/2023).
Selain itu, lanjut dia, obligasi syariah juga dicari oleh investor. Akan tetapi, saat ini korporasi yang menerbitkan masih relatif sedikit. Teddy mencatat hanya 8 perusahaan yang menerbitkan sukuk dengan total Rp4,9 triliun.
"Kalau obligasi syariah, karena sedikit penerbitnya, biasanya investor akan beli dan hold to maturity. Jadi likuiditas obligasi syariah ini rendah," ujarnya.
Sementara itu untuk green bond seperti yang diterbitkan Bank Mandiri pada 2023 ini, dan Bank BNI serta Bank BRI pada 2022 lalu juga sangat diminati investor, Menurutnya, green bond selalu mengalami oversubscribe yang sangat banyak pada saat bookbuilding.
Baca Juga
"Hal ini karena ada investor investor institusional besar yang terkait asing, sangat concern dengan ESG dan membutuhan semakin banyak obligasi hijau ini dalam portfolio investasi mereka," ucapnya.