Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Loyo Sekalipun The Fed Menahan Suku Bunga, Isu Resesi Menghalangi

IHSG melewati sesi I perdagangan Kamis (15/6/2023) di zona merah setelah The Fed mengumumkan untuk mempertahankan suku bunga.
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu kantor perusahaan sekuritas di Jakarta, Kamis (12/1/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu kantor perusahaan sekuritas di Jakarta, Kamis (12/1/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melewati sesi I perdagangan Kamis (15/6/2023) di zona merah setelah The Fed mengumumkan untuk mempertahankan suku bunga di rentang 5—25 persen pada pertemuan 13—14 Juni 2023. Indeks komposit tertekan oleh kekhawatiran pasar soal potensi Bank Sentral Amerika Serikat kembali menaikkan suku bunga hingga akhir tahun.

Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan komentar The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga sebanyak dua kali hingga akhir 2023 merupakan hal yang wajar karena tingkat inflasi Amerika Serikat saat ini masih berada di atas target 2 persen.

Dia memperkirakan tren kenaikan suku bunga belum akan berakhir dalam waktu dekat, bahkan berpeluang tipis dipangkas pada 2023 jika mengacu pada proyeksi ekonom dan analis.

“Kenaikan suku bunga yang berlanjut dikhawatirkan pasar makin membawa ekonomi global menuju resesi, sebagaimana telah disuarakan pelaku pasar dan terlihat pada sejumlah gejala-gejala soft landing,” kata Liza, Kamis (15/6/2023).

Kebijakan The Fed bukan satu-satunya sentimen yang mempengaruhi arah IHSG ke depan. Liza mengatakan pasar saham Indonesia akan turut terkena imbas di tengah kekhawatiran resesi yang menguat, terlebih dengan karakter bursa Tanah Air yang digerakkan oleh banyak emiten berbasis komoditas.

“Resesi akan membuat permintaan bahan baku mentah seperti barang tambang akan menurun dan ini akan mempengaruhi pendapatan Indonesia,” katanya.

Meski demikian, sentimen negatif tersebut dapat diimbangi oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang ditaksir bisa bertahan di kisaran 5 persen karena dorongan konsumsi domestik dan belanja pemerintah. Liza mengatakan sejumlah indikator konsumsi per Mei 2023 menunjukkan data positif dan tren ini berpeluang berlanjut dengan persiapan kampanye Pemilihan Umum 2024 di depan mata.

Geliat ekonomi China juga akan memainkan peran bagi perkembangan pasar modal. Meski telah melonggarkan aktivitas ekonomi sejak akhir 2022, tetapi roda ekonomi Negeri Panda belum bergerak secara optimal. Otoritas moneter di negara tersebut bahkan memangkas suku bunga demi menggairahkan perekonomian dan memicu kenaikan harga komoditas.

“The Fed mungkin akan berhati-hati untuk menghentikan kenaikan suku bunga sampai ekonomi AS menunjukkan gejala resesi yang lebih berat sebagaimana mereka cukup lambat memulai kenaikan suku bunga,” papar Liza.

Untuk sementara, dia mengatakan aliran modal ke bursa saham Indonesia belum dapat dipastikan meskipun manajer investasi mulai memperhitungkan untuk kembali melirik emerging markets. Dia memperkirakan IHSG akan tetap bergerak sideways dengan support dan resistance di 6.550 sampai 6.950.

“Posisi untuk IHSG akan ditentukan dengan lambat karena banyak faktor ketidakpastian,” kata dia.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengatakan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin hingga akhir tahun sehingga menjadi 5,6 persen merupakan kabar negatif bagi bursa saham global, termasuk Indonesia.

“Hal ini juga sekaligus mengirimkan sinyal bahwa ke depan, ekonomi dunia juga akan kembali diliputi ketidakpastian, seiring makin dekatnya ancaman resesi untuk negara-negara dengan ekonomi besar, seperti AS dan negara besar di Eurozone,” kata Martha.

Martha mengatakan ketidakpastian ini akan membuat IHSG bergerak terbatas dalam jangka pendek dan menengah, sembari perilisan sejumlah data ekonomi penting di AS, Eropa, maupun kawasan Asia.

“Potensi penguatan IHSG tetap ada, didukung sentimen dari dalam negeri. Namun ancaman dari global yang tinggi membuat peluang IHSG untuk menguat cenderung terbatas,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper