Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan kendaraan listrik Grup Bakrie, PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) bakal segera melantai di bursa dan menetapkan harga penawaran umum perdana (intial public offfering/IPO) senilai Rp100 per saham.
Mengutip prospektus VKTR, harga saham tersebut termasuk premium dibandingkan dengan perusahaan sejenis, dengan PBV 4,24 kali dibandingkan dengan perusahaan sejenis hanya 0,84 kali.
Selain itu, price to earning ratio (PER) VKTR mencapai 45,66 kali, lebih tinggi dari perusahaan sejenis hanya 8,79 kali. Sementara itu, laba per sahamnya hanya 2,19 kali, dibandingkan perusahaan serupa mencapai 66,10 kali.
Namun, CEO VKTR Gilarsi W Setijono mengatakan tak setuju jika saham VKTR dipatok terlalu mahal, melihat potensi industri kendaraan listrik, terutama di segmen bis dan truk di masa depan.
"Ketika kita melepas di harga Rp100 sebetulnya juga kita berpikir kenapa tidak Rp500, tapi kan ada analisis yang harus kita ikuti. Karena kita kan mau menciptakan impact, kalau kita jual murah kita tidak dapat tenaga untuk mencapai tujuan nanti," katanya ketika ditemui di Jakarta, Selasa (13/6/2023).
Selain itu, VKTR juga optimistis dengan potensi pertumbuhan ke depan melihat kinerja keuangan perseroan yang sudah positif, dibandingkan dengan perusahaan start-up EV lainnya dengan valuasinya fantastis yang sampai saat ini bahkan belum menghasilkan uang dan mencetak Ebitda minus.
Baca Juga
Adapun, tujuan VKTR segera IPO adalah mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk terlibat mengatasi masalah iklim melalui industri kendaraan listrik di segmen kendaraan komersial dan truk.
"Jadi kita sudah punya konsepnya, tapi kalau ingin serius mengenai iklim tidak bisa sendiri. Dengan IPO ini kita bisa punya ruang tak terbatas untuk terus melakukan fundraising, karena ini iklim masalah serius. Jadi apakah harga Rp100 mahal? Menurut saya tidak. Bahkan menurut saya kita bahkan terlalu murah sekarang melihat kesempatan ke depan," tegasnya.
Di kesempatan yang sama, Komisaris Utama VKTR Anindya Bakrie menambahkan, VKTR saat ini berfokus untuk produksi bis dan truk berbasis tenaga listrik. Hingga saat ini, VKTR sudah menjual 30 unit bis dan akan melakukan serah terima lagi sebanyak 22 unit bis. Selama setahun, bis listrik tersebut sudah mengangkut hampir 10 juta pelanggan.
"VKTR bergerak dengan business to government [B2G], Jakarta pada 2030 sudah menargetkan mau punya 10.000 unit bis Jakarta, pasar ini saja sudah terbuka lebar sementara belum ada perusahaan yang punya dan jualan bis," ungkapnya.
Anindya menegaskan Grup Bakrie ingin berkontribusi pada transisi energi, memecahkan isu perubahan iklim dengan sesuatu yang nyata, sehingga memutuskan memulai dari bisnis transportasi umum menggunakan bis, alih-alih terjun ke bisnis motor dan mobil listrik.
"Transportasi masal itu penting yang akan memberikan dampak yang besar dan bisa membantu banyak hal, selain terkait polusi, membantu mengurai kemacetan dan mengurangi subsidi BBM dari pemerintah, dan operator sendiri bisa mengurangi opex sampai 80 persen. Jadi kami merasa transportasi massal itu adalah titik yang tepat untuk memulai," ujarnya.
VKTR menetapkan harga penawaran umum perdana Rp100 per saham dan berpotensi meraup dana IPO Rp875 miliar. Harga final ini merupakan rentang bawah dari kisaran harga penawaran selama bookbuilding di kisaran Rp100-Rp130 per saham.
Dalam IPO, VKTR akan melepas 8,75 miliar saham baru dengan nominal Rp10 per saham. Jumlah saham ini mewakili 20 persen saham dari modal dan ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. VKTR pun berpotensi meraih dana IPO Rp875 miliar.
Mengutip prospektusnya, pada 2022, VKTR mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp68,21 miliar, naik dari tahun sebelumnya Rp43,41 miliar. Laba tersebut bersumber dari pertumbuhan penjualan hingga 57,70 persen year on year (yoy) mencapai Rp1,07 triliun.