Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melemah ke Rp14.895 meski Dolar AS Lesu

Rupiah ditutup melemah pada perdagangan Kamis (8/6/2023) meskipun indeks dolar AS melemah.
Rupiah ditutup melemah pada perdagangan Kamis (8/6/2023) meskipun indeks dolar AS melemah. Bisnis/Himawan L Nugraha
Rupiah ditutup melemah pada perdagangan Kamis (8/6/2023) meskipun indeks dolar AS melemah. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup melemah ke posisi Rp14.895 per dolar AS di tengah indeks dolar AS yang melemah tetapi masih berada di posisi tertinggi dua bulan. 

Mengutip data Bloomberg, Kamis (8/6/2023) pukul 16.00 WIB, rupiah ditutup melemah 17 poin atau 0,12 persen ke Rp14.895 per dolar AS. Senada, indeks dolar AS juga melemah 0,23 persen ke 103,85. 

Bersama dengan rupiah, ada won Korea Selatan yang melemah 0,02 persen, peso Filipina melemah 0,05 persen, rupee India melemah 0,01 peren, dan ringgit Malaysia melemah 0,46 persen. 

Direktur PT Laba Forexindo Berjang Ibrahim Assuaibi menyebutkan dolar AS sedikit melemah namun tetap mendekati level tertinggi dua bulan pada perdagangan hari ini, meskipun mendapat beberapa dukungan dari mata uang AS yang lebih tinggi. 

"Imbal hasil Treasury turun karena para pedagang mempertimbangkan kemungkinan kenaikan suku bunga lain oleh Departemen Keuangan AS. Federal Reserve, bahkan jika berhenti minggu depan," katanya dalam riset harian, Kamis (8/6/2023).  

Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan menghentikan siklus kenaikan suku bunga selama setahun pada pekan depan, dan ekspektasi berkembang bahwa ini bisa jadi hanya sementara dan kenaikan suku bunga lainnyamungkin terjadi tahun ini, yang selanjutnya diperkirakan pada Juli.

The Fed akan melihat harga konsumen terbaru sebelum membuat keputusan tentang suku bunga, dan setiap kenaikan dari angka tahunan 4,9 persen pada Mei kemungkinan akan memperkuat kenaikan lainnya.

Selain itu, pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa pada hari Rabu mencapai nada hawkish dan memberikan panduan bahwa akan ada lebih banyak kenaikan suku bunga, dengan suku bunga kemungkinan akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Dari sisi internal, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat di bawah 5 persen untuk 2023.

Dalam laporan terbarunya, OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 hanya berada di level 4,7 persen. Adapun, OECD memperkirakan ekonomi RI akan tumbuh sebesar 5,1 persen pada 2024. 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan didukung oleh bisnis dan kepercayaan konsumen yang solid serta pulihnya sektor pariwisata sepanjang tahun ini. Ramalan OECD berada di bawah target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah, yaitu 5,3 persen. 

"Namun, pemerintah masih optimistis target ekonomi Indonesia bisa tumbuh di kisaran 5,3 persen sampai 5,7 persen pada tahun 2024 dan bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,7 persen sampai 5,5 persen pada 2024," iimbih Ibrahim.

Penurunan target pertumbuhan ekonomi untuk 2024 mengindikasikan bahwa risiko ke depan masih terus meningkat. Hal ini juga sejalan dengan proyeksi beberapa lembaga internasional yang memperkirakan ekonomi akan melemah pada semester kedua 2023 dan berlanjut pada 2024. 

Untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.870- Rp14.950.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper