Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah berpeluang melanjutkan penguatan pada Selasa (6/6/2023) di tengah risiko pelemahan indeks dolar AS karena kekhawatiran melambatnya kenaikan suku bunga The Fed.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan akan dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup menguat direntang Rp14.850- Rp14.940 per dolar AS pada hari ini.
Rupiah sebelumnya ditutup menguat 0,69 persen atau 103,5 poin ke Rp14.890 per dolar AS pada Senin (5/5/2023). Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,21 persen ke 104,22.
Bersama dengan rupiah ada ringgi Malaysia yang menguat 0,81 persen, dan dolar Hong Kong yang menguat tipis 0,01 persen sementara mata uang lainnya di Asia mengalami pelemahan.
Mata uang lainnya di Asia seperti yen Jepang terkoreksi 0,26 persen, dolar Singapura melemah 0,13 persen, dolar Taiwan melemah 0,15 persen, won Korea Selatan turun 0,24 persen, peso Filipina melemah 0,52 persen, dan yuan China melemah 0,30 persen.
Ibrahim Assuaibi menyebutkan bahwa indeks dolar AS menguat terhadap mata uang utama, didukung laporan pekerjaan yang terus membaik dan mendorong pelaku pasar untuk menetapkan harga suku bunga yang lebih tinggi lebih lama.
Baca Juga
Dolar AS mendapat dukungan dari hasil Treasury yang lebih tinggi setelah data pada Jumat (2/6/2023) yang menunjukkan gaji sektor publik dan swasta naik sebesar 339.000 pada Mei, jauh melampaui perkiraan rata-rata 190.000 oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.
Sementara itu, pertumbuhan pekerjaan di AS jauh lebih kuat dari yang diharapkan pada bulan Mei, tekanan upah mereda dan tingkat pengangguran naik dari level terendah dalam 53 tahun.
"Hal itu berpotensi memberikan ruang bagi Federal Reserve untuk menghentikan kampanye kenaikan suku bunga pada pertemuan 13-14 Juni mendatang, karena beberapa pejabat telah menyuarakan preferensi untuk melakukan pekan lalu," ujar Ibrahim dalam riset harian, Senin (5/6/2023).
Namun, perkiraan kenaikan suku bunga The Fed lebih lanjut hanya bergeser ke Juli, dan para pelaku pasar melonggarkan perkiraan mereka untuk penurunan suku bunga di akhir tahun.
Dari sisi internal, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,09 persen pada Mei 2023 (month-to-month/mtm). Capaian tersebut membuat angka inflasi dari tahun ke tahun (year-on-year) menjadi 4 persen jika dibandingkan dengan Mei 2022.
Keberhasilan inflasi di topang oleh program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Indonesia yang mampu mengendalikan inflasi di tengah berbagai gejolak. Hal ini terwujud karena adanya sinergi dari Bank Indonesia dan Pemerintah dalam mengimplementasikan bauran kebijakan untuk mengendalikan inflasi.
Dalam pengendalian inflasi, BI melakukan kebijakan moneter dengan kenaikan suku bunga acuan, kemudian didukung oleh Pemerintah dengan program GNPIP membuat inflasi di Tanah Air terkendali. Sehingga, kenaikan suku bunga acuan tidak terlalu tinggi untuk mengendalikan inflasi, berbeda dengan Amerika Serikat (AS) yang sangat agresif menaikan tingkat suku bunganya untuk menurunkan inflasi.
Adapun, penyumbang inflasi bulanan terbesar pada Mei 2023 adalah kelomopok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,48 persen dan andilnya 0,13 persen Inflasi kelompok tersebut teredam oleh deflasi pada kelompok pakaian dan alas kaki, serta transportasi.
Komoditas penyumbang inflasi tertinggi secara bulanan, antara lain bawang merah dengan andil sebesar 0,03 persen, daging ayam ras dengan andil 0,03 persen, ikan segar andil 0,02 persen, telur ayam ras andil 0,02 persen, rokok kretek filter dengan andil sebesar 0,02 persen, dan bawang putih dengan andil sebesar 0,02 persen.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa nilai tukar rupiah akan menguat ke depan sejalan dengan kondisi eksternal Indonesia yang tetap baik.
“Nilai tukar akan menguat sejalan dengan kondisi eksternal kita, didukung surplus neraca pembayaran, aliran masuk modal asing, peningkatan cadangan devisa dan langkah-langkah yang terus dilakukan BI untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah,” katanya dalam Rapat Kerja bersama dengan Komisi XI DPR RI, Senin (5/6/2023).
BI mencatat nilai tukar rupiah secara year-to-date (ytd) terapresiasi sebesar 3,85 persen hingga 31 Mei 2023, lebih baik dibandingkan dengan mata uang India dan Thailand.
Dari sisi eksternal, Perry yakin neraca pembayaran Indonesia akan melanjutkan tren surplus karena berlanjutnya surplus neraca perdagangan dan aliran modal asing yang tetap masuk ke dalam negeri.
Hal ini tercermin dari neraca perdagangan Indonesia yang mencatatkan surplus sebesar US$3,94 miliar pada April 2023. Aliran masuk modal asing juga tercatat mencapai US$1,9 miliar sepanjang kuartal II/2023 ini.
Perkembangan positif tersebut pada akhirnya meningkatkan posisi cadangan devisa menjadi US$144,2 miliar pada April 2023, yang digunakan BI untuk melakukan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah.
“BI meyakini rupiah akan mengalami penguatan, karena memang pertumbuhan ekonomi kita akan meningkat, inflasi lebih rendah, imbal hasil dari investasi dalam negeri juga masih bagus sehingga aliran modal asing masih akan masuk,” jelasnya.
Perry memperkirakan, nilai tukar rupiah secara rata-rata akan mencapai kisaran Rp14.800 hingga Rp15.200 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir 2023. Pada 2024, rupiah diperkirakan menguat pada kisaran Rp14.600 hingga Rp15.100 per dolar AS.
Dalam hal ini, dia mengatakan bahwa BI terus berkomitmen melakukan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah, baik melalui intervensi di pasar spot, domestic non deliverable forward (DNDF), juga bekerja sama dengan Kementerian Keuangan untuk melakukan langkah stabilisasi di pasar SBN.
BI pun akan terus melanjutkan kebijakan terkait devisa hasil ekspor (DHE) melalui instrumen operasi moneter valas DHE, yaitu term deposit valas, sebagai instrumen penempatan DHE oleh eksportir.
Simak pergerakan rupiah hari ini secara live.
Pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup naik 30,5 poin atau 0,2 persen menjadi Rp14.860 per dolar AS.
Indeks dolar AS terkoreksi 0,03 persen ke level 103,973.
Pukul 12.00 WIB, rupiah naik 57 poin atau 0,38 persen menjadi Rp14.833,5 per dolar AS.
Indeks dolar AS terkoreksi 0,1 persen ke level 103,893.
Pukul 10.05 WIB, rupiah naik 60 poin atau 0,4 persen menjadi Rp14.830,5 per dolar AS.
Indeks dolar AS terkoreksi 0,05 persen ke level 103,949.
Pukul 09.11 WIB, rupiah naik 55,5 poin atau 0,37 persen menjadi Rp14.835 per dolar AS.
Indeks dolar AS terkoreksi 0,03 persen ke level 103,97.