Bisnis.com, JAKARTA — Harga aset kripto ternama Bitcoin terpantau turun sepanjang bulan Mei 2023. Meski demikian, pasar kripto berpotensi bullish seiring dengan adanya beberapa sentimen positif pada bulan Juni ini.
Mengutip data Coinmarketcap.com, harga Bitcoin pada perdagangan Jumat (2/6/2023) dalam 24 jam terakhir tercatat naik 0,62 persen. Adapun, dalam sepekna terakhir masih mencatat kenaikan 1,93 persen ke US$26.945.
Namun, jika melihat sedikit ke belakang, harga Bitcoin mengalami pergerakan yang cukup volatil dan cenderung menurun sepanjang Mei 2023. Secara month-to-date (MTD) harga Bitcoin (BTC) mengalami penurunan sekitar 7,8 persen dari posisi awal Mei di sekitar US$29.227.
Melihat performa pasar kripto terutama Bitcoin yang terus menurun sejak awal tahun ini, Trader Eksternal Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, melihat secara keseluruhan potensi pasar kripto masih dalam tren bullish untuk jangka pendek.
Sentimen yang masih kuat mendorong gerak harga kripto adalah kesepakatan debt ceiling alias pagu utang pemerintah Amerika Serikat (AS) yang tengah menjadi angin segar bagi investor dan pelaku industri kripto. Namun, masih ada kekhawatiran soal efek ke depannya.
"Selain ikut memicu pergerakan harga Bitcoin dan kripto lain, kesepakatan ini juga disebut membatalkan rencana pungutan pajak listrik penambang Bitcoin hingga 30 persen. Tapi, dibalik kesepakatan yang belum terlalu jelas masih menimbulkan kegelisahan investor tentang pemungutan suara plafon utang AS yang akan datang sehingga membuat BTC merugi," kata Fyqieh dalam riset, dikutip Jumat (2/6/2023).
Baca Juga
Fyqieh menilai plafon utang AS kali ini diprediksi akan menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin pada bulan Juni mendatang. Menurutnya, jika AS meningkatkan plafon utang, hal tersebut mungkin berdampak negatif pada pasar kripto karena pemerintah akan berusaha membangun saldo kas dengan menerbitkan obligasi pemerintah.
"Namun, di sisi lain, investor Bitcoin tidak perlu panik mengenai polemik mengenai plafon utang. Karena ini merupakan hal yang berulang dan akan terjadi pada setiap waktu jatuh tempo," jelasnya.
Fyqieh mengatakan, jika pemerintah AS memutuskan untuk terus meningkatkan plafon utang, maka dalam jangka panjang, nilai dolar kemungkinan akan terdevaluasi, yang dapat menguntungkan harga Bitcoin dan aset berisiko lainnya.Sinyal kesepakatan debt ceiling pemerintah AS ikut mengerek proyeksi kenaikan suku bunga acuan The Fed atau bank sentral AS pada Juni mendatang.
Diproyeksikan The Fed akan melanjutkan kenaikan suku bunga hingga 25 basis poin (bps). Apabila benar, hal ini akan mempengaruh pasar kripto ke depannya.
"Kembali menurunnya tingkat inflasi di Amerika Serikat memberikan peluang bagi The Fed untuk menunda kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Kemungkinan adanya penundaan kenaikan suku bunga pada pertemuan FOMC 13-14 Juni 2023 dapat memberikan dampak positif bagi harga Bitcoin. Namun, situasi ini dapat berubah seiring dengan perkembangan terkini dalam kondisi makroekonomi," jelas Fyqieh.
Secara teknikal, Fyqieh menjelaskan BTC menunjukkan ada kemungkinan akan mengalami penurunan di harga US$25.000. Namun, dengan adanya pola pembalikan arah ini kemungkinan BTC akan menjumpai di harga US$30.000 pada Juni ini.
"Bitcoin mengalami pullback ke arah resisten line-nya di harga sekitar US$28.069 dan kembali mengalami koreksi setelahnya. Dengan adanya pullback ini berarti investor dan trader melakukan test apakah bisa breakout dari resisten line-nya dan mengalami lanjutan bullish," paparnya. Namun kenaikan yang tinggi ini juga memungkinkan munculnya gelombang koreksi.
Untuk penurunan berikutnya Bitcoin kemungkinan akan bergerak di area harga US$27.000-US$27.220 sehingga ini bisa menjadi kesempatan pembelian yang cukup bagus dengan sentimen yang ada.
Jika Bitcoin mencoba kembali dan menembus ke harga diatas US$28.500 dan candlestick menutup sempurna secara timeframe daily di atas itu, bisa saja Bitcoin akan menjumpai di harga US$30.000 kembali.