Bisnis.com, JAKARTA — Emiten sawit Grup Triputra, PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) menyiapkan strategi untuk menghadapi risiko kebakaran lahan dan penurunan produksi saat musim kering El Nino. Langkah yang disiapkan diharapkan bakal menjaga volume produksi.
Sekretaris Perusahaan Triputra Agro Persada Joni Tjeng menjelaskan bahwa TAPG memiliki program Desa Makmur Peduli Api yang berjalan setiap tahunnya. Lewat program ini, desa akan memperoleh insentif jika mampu mencegah kebakaran lahan pada area terkait.
“Kami juga sudah menyiapkan embung-embung pada area perkebunan yang bertujuan menjaga tingkat air yang dapat menurunkan risiko kebakaran,” kata Joni dalam jawaban tertulis kepada Bisnis, Selasa (30/5/2023).
TAPG juga berupaya memaksimalkan produksi saat umur tanaman berada pada umur puncak melalui pemupukan yang optimal. Melalui strategi tersebut, total produksi sawit TAPG pada 2023 ditargetkan dapat sama dengan tahun sebelumnya.
Joni menambahkan risiko El Nino tidak menutup peluang TAPG untuk melakukan akuisisi kebun maupun pabrik baru, terlebih dengan harga komoditas yang lebih landai daripada tahun lalu. Namun dia memberi catatan bahwa akuisisi hanya akan direalisasikan jika memenuhi kriteria dan kebutuhan operasional saat ini.
“Syarat utama dari akuisisi adalah apakah area tersebut bersinergi dengan existing kebun yang kami miliki. Dari sisi luas area dan praktik keberlanjutan juga jadi pertimbangan. Saat ini sebagian besar perkebunan kami berlokasi di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur sehingga idealnya pabrik dan kebun baru berada di area tersebut,” kata dia.
Baca Juga
Sebagai catatan, total produksi tandan buah segar (TBS) TAPG dari kebun inti pada kuartal I/2023 mencapai 618.644 ton, turun 12 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 703.792 ton.
Manajemen menjelaskan penurunan ini merupakan siklus alami pada perkebunan sawit setelah mencapai kenaikan signifikan pada 2022.
Turunnya produksi TBS turun berdampak ke kinerja keuangan TAPG. Per Maret 2023, total pendapatan bersih Triputra Agro turun 12 persen secara tahunan sehingga menjadi Rp1,92 triliun.
Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 66,26 persen year on year (YoY) menjadi Rp294,70 miliar dibandingkan dengan kuartal I/2022 sebesar Rp873,50 miliar.
Direktur Utama Triputra Agro Persada Tjandra Karya Hermanto sebelumnya memperkirakan kenaikan produksi pada 2023 tidak akan setinggi pada 2022 karena kondisi iklim yang netral dan mengarah ke El Nino. Sebagai catatan, produksi TBS Triputra Agro pada 2022 menembus 3,2 juta ton atau naik 21 persen daripada 2021 yakni 2,64 juta ton.