Bisnis.com, JAKARTA — Kepemilikan instrumen Surat Berharga Negara (SBN) diramal akan semakin meningkat. Adapun, kepemilikan ritel mencapai Rp366,67 triliun per 25 Mei 2023 atau naik 6,49 persen secara year-to-date (ytd) dari Rp344,30 per 30 Desember 2022.
Pemerintah juga membuka ruang kepemilikan SBN melalui penerbitan FRSDG001 yang dilakukan dua kali pada 2023, yakni 31 Januari 2023 dan 29 Mei 2023. Selain itu, penawaran untuk ST010 juga dilakukan sampai 7 Juni 2023.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengatakan imbal hasil FRSDG001 untuk jatuh tempo Oktober 2030 berada di level 6,50 persen sampai 6,55 persen. Kemudian untuk ST010 memiliki imbal hasil 6,25 persen untuk tenor 2 tahun dan 6,4 persen untuk tenor 4 tahun.
Dia pun menyebut dari sisi tenor dan imbal hasil, ST010 memberikan tingkat imbal hasil yang lebih menarik. Dia lantas menilai tingkat permintaan untuk ST010 akan lebih tinggi.
Meski demikian, dia menyebut investasi pada ST010 maupun FRSDG001 bergantung pada profil risiko masing-masing pribadi. ST010 tidak dapat dipindahtangankan, sedangkan FRSDG001 dapat diperdagangkan.
“Calon investor sudah [perlu] mengetahui bahwa ST010 ini bersifat non-tradable, atau tidak dapat dipindahtangankan, sehingga calon investor akan menikmati bunganya hingga jatuh tempo. Di lain sisi, FRSDG001 ini dapat diperdagangkan,” ujar Reza kepada Bisnis.com, Minggu (28/5/2023).
Baca Juga
Lebih lanjut, dia mengatakan tren kepemilikan ritel makin besar dengan adanya peningkatan sebesar Rp22,4 triliun atau 6,49 persen secara ytd. Terlebih lagi terdapat ekspektasi adanya penurunan tingkat suku bunga pada 2024.
Adanya penurunan kurva imbal hasil obligasi pemerintah dalam 1 bulan terakhir juga dinilai akan meningkatkan kepemilikan investor pada SBN. Per 25 Mei 2023, kepemilikan ritel tumbuh 6,76 persen dibandingkan dengan 30 Desember 2022.
“Jika kita bandingkan dengan obligasi acuan 10 tahun, FR96, pada saat ini berada pada level 6,44 persen, maka FRSDG001 dengan tenor 7 tahun dan tingkat imbal hasil 6,5 persen akan menjadi pilihan yang menarik, sehingga kami meyakini tingkat permintaan pun akan tinggi,” jelasnya.
Secara terpisah, Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan baik FRSDG001 maupun ST010 yang memiliki karakter lebih hijau dan konsep sustainable development goals (SDG) membuat investor tertarik karena dapat sekaligus berpartisipasi dalam proyek strategis.
Dia melanjutkan bahwa SDG Bonds juga merupakan obligasi tematik yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia untuk pembiayaan proyek strategis di berbagai sektor. Diantaranya adalah kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan akses telekomunikasi.
“Produk yang sangat inovatif untuk investor dimana investor dalam berinvestasi juga dapat sekaligus berpartisipasi dalam proyek strategis yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ujar Guntur kepada Bisnis.com, Minggu (28/5/2023).
Lebih lanjut, dia menegaskan perlu adanya sosialisasi dari sisi investor agar investor individu juga bisa memperoleh informasi yang cukup menyeluruh sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi SBN seri FRSDG001.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pemerintah menerbitkan berbagai jenis SBN, mulai dari SBN yang cenderung berbentuk seri FR, maupun seri-seri khusus untuk ritel demi mendorong pembiayaan hijau.
Adapun FRSDG01 cenderung bertujuan untuk menyasar investor pembeli SBN berkelanjutan dari sisi institusi. Sebelum ada seri FRSDG pemerintah mulai menyasar seri ritel seperti ST untuk mendorong pembiayaan berkelanjutan.
“Langkah pertama untuk pemerintah dalam mendorong pembiayaan berkelanjutan, perlu penerbitan FRSDG lebih rutin, terutama untuk mendorong kenaikan outstanding dari aset SBN tersebut,” ujar Josua kepada Bisnis, Minggu (28/5/2023).
Dia menyebut outstanding yang relatif besar merupakan salah satu daya tarik bagi para investor baik institusi maupun ritel. Sukuk hijau dinilai perlu menjadi salah satu prioritas penerbitan jika pemerintah mulai memprioritaskan proyek ke arah berkelanjutan.