Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wajah BUMN Karya di Mata Investor Usai Erick Thohir Dengungkan Merger

BUMN Karya yang sedang sakit-sakitan berusaha disembuhkan dengan rencana konsolidasi Menteri BUMN Erick Thohir.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Rabu (10/5/2023) di Labuan Bajo NTT, memastikan terus menjalankan komitmen bersih-bersih BUMN, termasuk dana pensiun (dapen) BUMN. JIBI.Bisnis-Ni Luh Anggela
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Rabu (10/5/2023) di Labuan Bajo NTT, memastikan terus menjalankan komitmen bersih-bersih BUMN, termasuk dana pensiun (dapen) BUMN. JIBI.Bisnis-Ni Luh Anggela

Bisnis.com, JAKARTA – BUMN Karya yang sedang sakit-sakitan berusaha disembuhkan dengan rencana konsolidasi Menteri BUMN Erick Thohir. Adalah PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) yang baru-baru ini mengumumkan kondisi standstill mengakibatkan déjà vu investor atas gagal bayarnya PT Waskita Karya Tbk. (WSKT).  

Tim Analis Pemeringakatan Kredit Indonesia menyebutkan kondisi keuangan dua emiten pelat merah itu menjadikan investor semakin was-was terhadap sektor konstruksi terutama milik pemerintah seperti PT Adhi Karya Tbk. (ADHI) dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP).

PT Waskita Karya Tbk. (WSKT) dan PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) sama-sama mengalami kesulitan likuidasi selama pandemi. WIKA mengalami kesulitan dengan bahan baku dan waktu pengerjaan proyek berkepanjangan yang kemudian menggerus profitabilitas. Sebaliknya WIKA justru mengalami penurunan jumlah proyek dan pelunasan kontaktor. 

Semua kelemahan kinerja ini juga telah meredam keinginan pemberi pinjaman untuk memberikan pembiayaan kepada WIKA yang pada akhirnya meningkatkan biaya pembiayaan yang menghambat pemulihan WIKA.

“Akibatnya, target deleveraging tidak dapat dicapai dengan meninggalkan rasio leverage yang sangat tinggi di 34,69 kali dan cakupan bunga mendekati nol di kuartal I/2023, sehingga permintaan penghentian utang menjadi tidak terelakkan,” kata Tim Analis, dikutip Jumat (26/5/2023). 

Serupa, hagal bayar WSKT disebabkan melemahnya kemampuan menghasilkan kas dan modal kerja yang lebih panjang dalam beberapa tahun terakhir. Keterlambatan penyelesaian proyek, termasuk proyek turnkey, yang menyebabkan keterlambatan pembayaran oleh bouwheer dan menurunnya order book selama pandemi menyebabkan tekanan pada profitabilitas yang berdampak pada operasional yang terbatas.

“Penurunan arus kas yang memaksa WSKT untuk meningkatkan leverage untuk menutupi kebutuhan likuiditas,” kata mereka.

Masalah menjadi lebih buruk ketika upaya WSKT untuk membayar utang melalui daur ulang aset di jalan tol yang diinvestasikan banyak gagal, menyebabkan lonjakan leverage yang luar biasa yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga.  Meski demikian Pemeringkatan Kredit Indonesia berpendapat bahwa ADHI dan PTPP masih memiliki struktur keuangan yang lebih baik. 

ADHI memiliki leverage yang lebih rendah sebesar 10x dan cakupan bunga yang sedikit lebih baik sebesar 1,22 kali dibandingkan WSKT dan WIKA. Namun, ADHI kurang agresif dalam mencari kontrak baru dengan mengikuti tender proyek secara selektif sehingga pelaksanaan proyek berhasil. Selain itu, suntikan modal sebesar Rp2,67 triliun pada tahun 2022 telah membantu ADHI untuk menurunkan tingkat utang yang menghasilkan EBITDA yang memadai. 

Aset jangka panjang ADHI terutama terdiri dari aset konstruksi dan properti yang tidak membutuhkan investasi di muka dalam jumlah besar dan relatif mudah untuk dijual, yang dibandingkan dengan aset investasi berbiaya tinggi milik WSKT dan WIKA (jalan tol dan kereta cepat Jakarta Bandung) yang sebagian besar dibiayai oleh utang dan lebih sulit dijual karena valuasinya yang tinggi.

“Dengan demikian, leverage ADHI akan lebih kecil kemungkinannya untuk menggelembung seperti WIKA dan WSKT, apalagi penyelesaian proyek light rail transit dalam waktu dekat akan memberikan tambahan likuiditas bagi ADHI,” jelas tim analis. 

Adapula PTPP dinilai memiliki kinerja terbaik di antara empat besar BUMN konstruksi tersebut dengan leverage terendah 9,03 kali dan cakupan bunga tertinggi 1,88 kali per Maret 2023. Sama halnya dengan ADHI, bisnis PTPP di bidang konstruksi, EPC, dan properti (rumah dan apartemen) juga tidak memerlukan investasi awal yang besar. Apalagi ukuran aset jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang dibawa WSKT dan WIKA. 

Aset yang jauh dibandingkan BUMN konstruksi lainnya membuat PTPP hanya menangani proyek-proyek yang tidak lebih kompleks dengan eisiko eksekusi yang lebih rendah. PTPP juga memiliki risiko yang sedikit lebih rendah (dibandingkan dengan ADHI) karena masih memiliki ruang untuk daur ulang aset dari divestasi aset, seperti mal atau hotel pada tahun 2023 (target arus kas masuk Rp1,4 triliun) walaupun potensi keberhasilan divestasi tersebut akan sangat besar. menantang di tengah lingkungan minat tinggi saat ini dan ketidakpastian ekonomi global.

Meski demikian, ADHI dan PTPP tak luput dari risiko, salah satunya adalah kemampuan mereka menangani proyek yang lebih kompleks milik WIKA dan WSKT. Selain itu, lini bisnis yang dimiliki saat yaitu segmen apartemen mengalami penurunan penjualan karena masalah oversupply dan rendahnya ringkat hunian. 

Pemeringkatan Kredit Indonesia yakin pemerintah tidak akan mengurangi belanja infrastruktur meskipun kemampuan keuangan BUMN konstruksinya terbatas, yang berpotensi menarik minat manajemen ADHI dan PTPP untuk menjajaki lebih banyak peluang bisnis dengan melanjutkan yang belum selesai dan/atau mengambil proyek baru pemerintah.

Salah satu bentuk penyehatan dan dukungan bagi BUMN Karya terutama yang sakit-sakitan ini adalah rencana konsolidasi. Meskipun saat ini masih dalam tahap penjakakan dan belum menjadi keputusan kongkrit.

"Rencananya PT PP akan bersanding dengan Wijaya Karya, tapi belum kongkrit, sedang dijajaki dan dilihat hitung-hitungannya seperti Hutama Karya dan Waskita Karya," katanya saat ditemui usah peresmian gedung Danareksa, Jumat (26/5/2023). 

Sebelumnya, Ketua PSSI tersebut menyebutkan akan melakukan merger antara BUMN di bawah naungan PT Danareksa. Seperti PT Hutama Karya (Persero) dengan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper