Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah di Posisi Rp14.909 dari Dolar AS Pagi Ini

 Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp14.909 di hadapan dolar AS pada hari ini, Rabu (24/5/2023).
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp14.909 di hadapan dolar AS pada hari ini, Rabu (24/5/2023), sementara itu indeks dolar terpantau melemah 0,01 persen ke posisi 103.422.  

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,23 persen atau turun 34,5 poin ke posisi Rp14.909 per dolar AS. Beberapa mata uang Asia lainnya juga dibuka bervariasi terhadap dolar AS

Yen Jepang menguat 0,09 persen, dolar Hong Kong menguat 0,01 persen, rupee India menguat 0,03 persen, dan Bath Thailand menguat 0,03 persen. 

Sementara itu mata uang yang melemah di antaranya ringgit Malaysia melemah 0,24 persen, yuan China melemah 0,13 persen, peso Filipina melemah 0,07 persen, won Korea turun 0,46 persen dan dolar Taiwan melemah 0,18 persen. 

Sebelumnya direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup menguat direntang Rp14.850-Rp14.930. Dolar AS yang menguat disebabkan karena harapan akan pendapatan devisa AS yang meningkat. 

Dari AS, Presiden Joe Biden dan Ketua DPR AS Kevin McCathy mengakhiri diskusi pada Senin malam tanpa kesepakatan mengenai cara meningkatkan batas utang pemerintah. Sementara itu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen menambah urgensi situasi dengan menyatakan bahwa sekarang sangat mungkin departemennya akan kehabisan uang tunai pada awal Juni.

Faktor lain yang mendorong penguatan dolar adalah komentar pejabat bank sentral yang menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga pada bulan Juni masih menjadi opsi yang mungkin. Sementara itu, dari dalam negeri sentimen datang dari pasar yang merespon positif terhadap surplus APBN pada periode April 2023, yang membuat aliran modal asing kembali masuk ke pasar dalam negeri. 

James Bullard, Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis, yang dikenal karena sikapnya yang hawkish, mendukung dua kenaikan suku bunga lagi tahun ini untuk menekan inflasi. Sementara itu, rekannya di Minneapolis, Neel Kashkari mengatakan bank sentral seharusnya memberikan sinyal bulan depan bahwa kebijakan ketat belum berakhir, meskipun mungkin ada jeda bulan depan. 

Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, memberi isyarat tentang kemungkinan jeda dalam pertemuan bank sentral bulan Juni pada sebuah konferensi pada hari Jumat, tetapi dia mungkin masih perlu meyakinkan beberapa rekannya. 

Pemerintah melalui kementerian keuangan mengumumkan Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) pada periode April 2023 kembali mencetak surplus, yakni mencapai Rp234,7 triliun atau 1,12 persen untuk Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan keseimbangan primer juga tercatat surplus Rp374,3 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper