Bisnis.com, JAKARTA — Emiten tambang PT Indika Energy Tbk. (INDY) menyampaikan telah menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$22,5 juta atau setara Rp336,42 miliar hingga kuartal I/2023 (kurs Jisdor Rp14.952 per dolar AS).
Direktur dan Chief Financial Officer (CFO) Indika Energy (INDY) Retina Rosabai mengatakan INDY menganggarkan belanja modal US$302,4 juta atau setara Rp4,52 triliun sepanjang 2023.
"Capex kami anggarkan sekitar US$300 juta dolar. Yang sudah terealisasi sekitar US$22,5 juta dolar atau 7,4 persen," kata Retina di Jakarta, Kamis (25/5/2023).
Capex INDY paling banyak terserap oleh Indika Hold Co. sebanyak US$300.000 atau 25 persen dari anggaran US$1,2 juta.
Capex terbanyak selanjutnya diserap oleh PT Masmindo Dwi Area atau Awakmas yang merupakan tambang emas INDY. Awakmas menyerap belanja modal sebesar US$14,2 juta, dari anggaran US$121,5 juta. Serapan ini setara dengan 11,7 persen dari total anggaran.
Lalu, anak usaha INDY yang juga paling banyak menyerap capex adalah Indika Multi Properti (IMP) atau Indika Nature dengan serapan sebanyak US$2,4 juta atau setara 11,3 persen dari total budget US$21,3 juta sepanjang tahun.
Baca Juga
Sebagai informasi, IMP atau Indika Nature merupakan anak usaha INDY yang bergerak di solusi berbasis alam yang mengelola konsesi hutan melalui bisnis perkebunan energi, jasa lingkungan dan agroforestri dan hasil hutan bukan kayu.
Selanjutnya, yakni Ilectra Motor Group (IMG) yang telah menyerap belanja modal US$1,9 juta atau setara 10,7 persen dari total bujet US$17,8 juta sepanjang 2023.
Adapun anak usaha lainnya milik INDY yakni Kideco Jaya Agung telah menyerap capex US$1,7 juta juta atau 3,9 persen, dari anggaran US$43,3 juta. Lalu Indika Indonesia Resources dengan serapan 1,6 juta atau 3,6 persen, dari anggaran US$43,9 juta, Interport dengan serapan US$300.000 atau 8,8 persen dari anggaran US$3,4 juta, dan EMITS dengan serapan US$100.000 atau setara 0,2 persen dari anggaran US$50 juta.
Sebagaimana diketahui hingga akhir Maret 2023, INDY membukukan peningkatan pendapatan, tetapi dengan laba bersih yang turun hingga 21 persen di kuartal I/2023 akibat bengkaknya pembayaran royalti hingga 108 persen.
Indika Energy mencatatkan pendapatan senilai US$906,8 juta di kuartal I/2023, naik 9,15 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$830,7 juta. Jumlah pendapatan tersebut setara dengan Rp13,33 triliun.
Pos beban pokok kontrak dan penjualan INDY juga tercatat naik hingga 24,16 persen menjadi US$707,7 juta, dari US$570 juta secara tahunan atau year on year (YOY). Peningkatan beban pokok ini sebagian besar diakibatkan oleh naiknya royalti yang harus dibayarkan INDY hingga 183,78 persen dari US$88,6 juta di kuartal I/2022, menjadi US$251,6 juta di kuartal I/2023.
Akibat beban pokok yang meningkat ini, laba bruto INDY tergerus 23,65 persen menjadi US$199,09 juta, dari US$260,7 juta secara tahunan.
Laba bersih INDY juga tercatat turun 21,4 persen menjadi US$58,9 juta di kuartal I/2023, dari US$75,04 juta di periode yang sama tahun lalu. Laba bersih INDY ini setara dengan Rp866,37 miliar.