Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) terpantau anjlok hingga menyentuh auto rejection bawah (ARB) menuju level Rp50 atau gocapan pada perdagangan hari ini, Jumat (19/5/203), usai emiten penerbangan pelat merah tersebut mencatatkan rugi bersih Rp1,61 triliun sepanjang kuartal I/2023.
Pada sesi I perdagangan hari ini, Jumat (19/5/2023) pukul 10.20 WIB, saham emiten pelat merah ini terpantau anjlok 5,56 persen atau turun 3 poin ke level Rp51. Saham GIAA diperdagangkan sebanyak 115,13 juta saham dengan nilai transaksi mencapai Rp5,89 miliar.
Adapun kapitalisasi pasar emiten BUMN berkode saham GIAA itu mencapai Rp4,67 triliun hingga artikel ini ditulis. Kemudian price earning ratio (PER) berada di posisi -070 kali, sedangkan price to book value (PBV) berada di posisi -0,18 kali.
Garuda Indonesia pada tiga bulan pertama tahun ini membukukan rugi bersih US$110,13 juta atau setara Rp1,61 triliun (kurs Rp14.685 per dolar AS). Meski demikian, pendapatan perseroan naik signifikan.
Pendapatan GIAA terpantau melonjak 72,2 persen yoy menjadi US$602,99 juta atau sekitar Rp8,85 triliun dibanding kuartal I/2022 sebesar US$350,15 juta.
Kenaikan pendapatan GIAA ditopang oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar US$506,82 juta atau naik 87 persen serta komposisi pendapatan lainnya yang tumbuh sebesar 50 persen menjadi US$83,35 juta pada tiga bulan pertama 2023.
Baca Juga
Namun naiknya pendapatan, membuat beban usaha perseroan juga naik 14,98 persen menjadi US$605,18 juta, dibanding periode sama tahun 2022 sebesar US$526,33 juta. Beban usaha tersebut termasuk beban bandara, beban tiket, penjualan dan promosi, beban pelayanan penumpang, dan lain-lain.
Berdasarkan neraca, aset GIAA tercatat turun menjadi US$6,18 miliar hingga 31 Maret 2023 dibanding posisi akhir Desember 2022 sebesar US$6,23 miliar. Liabilitas perseroan naik menjadi US$7,82 miliar dibanding akhir 2022 sebesar US$7,77 miliar, sedangkan ekuitas naik menjadi US$1,64 miliar.
Direktur Utama GIAA Irfan Setiaputra mengungkapkan bahwa pertumbuhan pendapatan usaha Garuda Indonesia pada kuartal I/2023 ini menjadi outlook positif tersendiri bagi kinerja usaha di sepanjang tahun 2023.
"Hal ini juga menjadi tindak lanjut dari dirampungkannya tahapan restrukturisasi perusahaan pada tahun 2022 lalu, di mana atas capaian restrukturisasi tersebut Garuda Indonesia secara kinerja operasi juga membukukan kinerja positif dalam kaitan laba usaha yang turut dikontribusikan oleh pencatatan laba buku hasil restrukturisasi," ujar Irfan dalam keterangan resmi Kamis, (4/5/2023) lalu.
Lebih lanjut Irfan menjelaskan, pencatatan rugi bersih perseroan pada tahun berjalan dipengaruhi oleh penerapan standar akuntansi PSAK 73 yang mengatur tentang pembukuan transaksi sewa pada beban operasi.
"Terlepas dari adanya penerapan PSAK tersebut, Garuda Indonesia secara fundamen operasional kinerja terus mencatatkan kinerja yang positif. Hal ini terlihat dari sejumlah indikator penting pada kinerja usaha baik dari sisi EBITDA, cash flow hingga peningkatan trafik penumpang," jelasnya.