Bisnis.com, JAKARTA - Emiten grup BUMN Wijaya Karya (WIKA), PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON) menargetkan pertumbuhan pendapatan 23,5 persen dan laba bersih 32 persen pada tahun ini.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Beton Dedi Indra menerangkan secara bertahap, WIKA Beton berhasil mengangkat tinggi kinerja pada 2022 meski sempat terkena dampak pandemi Covid-19 dengan menerapkan berbagai strategi dan terobosan baru.
WTON mencatatkan perolehan kontrak baru sebesar Rp7,01 triliun per Desember 2022, dengan pendapatan usaha sebesar Rp6,00 triliun, serta laba bersih sebesar Rp171,06 miliar. Angka laba bersih ini meningkat 110 persen dari laba bersih tahun 2021 lalu sebesar Rp81,43 miliar.
"Berbekal semangat optimisme meraih kembali kejayaan seperti sebelum pandemi, WIKA Beton menetapkan sejumlah target pencapaian kinerja di tahun 2023. Di antaranya adalah target pendapatan kontrak sebesar Rp8,66 triliun, target omzet pendapatan Rp7,61 triliun, serta target laba bersih sebanyak Rp225,84 miliar," ungkapnya, Selasa (9/5/2023).
Dia menuturkan target 2023 ini dapat dievaluasi lebih lanjut berdasarkan perkembangan kondisi ekonomi sepanjang tahun.
Pada RUPST, Selasa (9/5/2023), WTON menetapkan penggunaan Laba Bersih Atribusi Pemilik Entitas Induk Tahun Buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2022 yaitu sebesar Rp162,92 miliar dengan rincian sebesar 20 persen dari laba bersih atau senilai Rp32,68 miliar ditetapkan sebagai dividen tunai kepada para Pemegang Saham atau sebesar Rp3,75 per saham.
Baca Juga
Kondisi tersebut, bertolak belakang dengan kinerja induk usaha, WIKA. WIKA menderita kerugian hingga Rp59,59 miliar pada 2022. Kinerja bottom line WIKA harus berbalik arah dari laba Rp117,66 miliar pada 2021 menjadi rugi pada 2022.
Padahal dari sisi pendapatan, WIKA mencatatkan adanya kenaikan 17,09 persen dari Rp17,8 triliun menjadi Rp21,48 triliun pada 2022. Peningkatan terjadi pada segmen utama bisnis WIKA meliputi infrastruktur dan gedung menjadi Rp9,68 triliun, industri Rp5,12 triliun, energi Rp3,46 triliun.
Meski demikian, adanya peningkatan pendapatan tersebut tidak berbanding lurus dengan efisiensi beban WIKA. Salah satunya adalah beban pokok pendapatan yang naik 19,61 persen dari Rp16,11 triliun menjadi Rp19,27 triliun.