Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Melonjak, Saham Apple Cuan Besar

Wall Street menguat pada akhir pekan seiring dengan lonjakan saham Apple produsen iPhone.
Wall Street menguat pada akhir pekan seiring dengan lonjakan saham Apple produsen iPhone. Bloomberg/Michael Nagle
Wall Street menguat pada akhir pekan seiring dengan lonjakan saham Apple produsen iPhone. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street menguat pada akhir perdagangan Jumat (5/5/2023) seiring dengan lonjakan saham Apple produsen iPhone.

Dow Jones membukukan persentase kenaikan satu hari terbesar sejak 6 Januari, setelah saham Apple melonjak lebih dari 4,0 persen menyusul hasil kinerja yang optimis dan data pekerjaan AS menunjukkan pasar tenaga kerja yang tangguh.

Mengutip Antara, Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 546,64 poin atau 1,65 persen, menjadi menetap di 33.674,38 poin. Indeks S&P 500 bertambah 75,03 poin atau 1,85 persen, menjadi berakhir di 4.136,25 poin. Indeks Komposit Nasdaq melambung 269,02 poin atau 2,25 persen, menjadi ditutup di 12.235,41 poin.

Namun, Dow dan S&P 500 masih mencatat kerugian untuk minggu ini, sementara Nasdaq berakhir dengan sedikit kenaikan untuk minggu ini. Sementara itu, indeks Volatilitas Cboe mencatat penurunan satu hari terbesar sejak 16 Maret.

Menambah momentum bullish, saham bank-bank regional rebound dari penurunan terkait dengan runtuhnya First Republic Bank. Para analis menaikkan peringkat sejumlah pemberi pinjaman yang mereka katakan oversold.

PacWest Bancorp melesat 81,7 persen dan Western Alliance Bancorp melonjak 49,2 persen, sedangkan indeks bank regional KBW naik 4,7 persen.

Hasil kuartalan Apple juga membuat investor khawatir tentang potensi resesi. Saham pembuat iPhone mencapai level tertinggi dalam waktu sekitar sembilan bulan, dan saham tersebut berakhir naik 4,7 persen dalam persentase kenaikan harian terbesar sejak November.

Saham Apple memberikan pengaruh positif terbesar pada ketiga indeks saham utama AS.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan pertumbuhan pekerjaan mencatat percepatan pada April dan kenaikan upah meningkat dengan kuat, menunjukkan pasar tenaga kerja tetap kuat meskipun ada kenaikan suku bunga baru-baru ini oleh Federal Reserve.

"Keadaan ekonomi AS, dan apa yang kita lihat hari ini menunjukkan itu dalam posisi yang lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya," kata Kristina Hooper, Kepala Strategi Pasar Global di Invesco di New York.

Investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga pada akhirnya dapat mendorong ekonomi ke dalam resesi.

Pada Rabu (3/5/2023), bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin seperti yang diharapkan, tetapi Ketua Fed Jerome Powell mencatat masih terlalu dini untuk mengatakan dengan pasti bahwa siklus kenaikan suku bunga telah berakhir karena inflasi tetap menjadi perhatian utama.

Perkiraan penurunan laba perusahaan S&P 500 kuartal pertama semakin kecil sejak awal musim pelaporan keuangan dan sekarang hanya 0,7 persen dari tahun ke tahun, data Refinitiv menunjukkan pada Jumat (5/5/2023).

Volume transaksi di bursa AS mencapai 10,57 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 10,70 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Hafiyyan
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper