Bisnis.com, JAKARTA — Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dan PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) kompak membukukan pertumbuhan pendapatan pada kuartal I/2023.
Pendapatan bersih GOTO tercatat naik mencapai Rp3,33 triliun pada kuartal I/2023, meningkat 122,55 persen dibandingkan dengan kuartal I/2022 sebesar Rp1,49 triliun.
Pendapatan bersih GOTO ini didorong oleh pendapatan dari bisnis on-demand sebesar Rp2,93 triliun, teknologi keuangan Rp244,2 miliar, e-commerce Rp2,23 triliun, logistik Rp547,1 miliar, dan segmen lainnya sebeasr Rp19,26 miliar.
Adapun hingga akhir kuartal I/2023 GOTO mencatatkan penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp6,03 triliun, naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp5,19 triliun. Jumlah kas dan setara kas GOTO di akhir periode adalah sebesar Rp26,77 triliun, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp26,97 triliun.
GOTO juga tercatat membukukan penurunan rugi bersih per kuartal I/2023. Rugi ini turun menjadi Rp3,86 triliun, atau terkoreksi 40,31 persen dibandingkan dengan posisi rugi kuartal pertama tahun lalu sebesar Rp6,47 triliun.
Penurunan rugi bersih GOTO terutama disebabkan oleh turunnya biaya dan beban GOTO sebesar 20,60 persen menjadi Rp7,37 triliun, dibanding pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp9,29 triliun.
Baca Juga
Biaya dan beban ini mencakup beban pokok pendapatan senilai Rp1,35 triliun, beban umum dan administrasi Rp2,29 triliun, beban penjualan dan pemasaran Rp1,62 triliun, beban pengembangan produk Rp932 miliar, beban penyusutan dan amortisasi Rp706,14 miliar, dan beban operasional dan pendukung sebesar Rp463,6 miliar.
Jumlah aset GOTO hingga kuartal I/2023 senilai Rp135,95 triliun, turun dibandingkan akhir Desember 2022 sebesar Rp139,2 triliun.
Jumlah liabilitas GOTO tercatat turun menjadi Rp15,6 triliun di akhir Maret 2023, dari Rp16,4 triliun di akhir Desember 2022. Sementara itu, jumlah ekuitas GOTO mencapai Rp120,3 triliun di akhir Maret 2023, dari Rp122,7 triliun di akhir 2022.
Sementara itu, pendapatan Bukalapak tercatat naik 27,68 persen menjadi Rp1 triliun pada 3 bulan pertama 2023, dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp787,91 miliar.
Pendapatan tersebut didapatkan dari segmen mitra online maupun offline sebesar Rp515,18 miliar, BukaPengadaan yang berkontribusi Rp7,9 miliar, dan segmen marketplace Rp517,02 miliar. Pendapatan itu dikurangi biaya eliminasi Rp34,07 miliar.
"Marketplace menunjukkan pertumbuhan yang kuat dengan peningkatan pendapatan sebesar 77 persen yoy menjadi Rp 517 miliar, didorong oleh specialty verticals dengan take rate yang lebih tinggi," lanjut manajemen.
Seiring kenaikan pendapatan, beban pokok pendapatan ikut terkerek 47,31 persen menjadi Rp750,6 miliar dibanding kuartal I/2022 sebesar Rp509,52 miliar.
Sementara itu beban penjualan dan pemasaran sebesar Rp151,57 miliar pada kuartal I/2023 dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp328,71 miliar.
Namun, Bukalapak mencatatkan kerugian pada kuartal I/2023 karena nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi di segmen marketplace yang berbalik rugi menjadi Rp783,73 miliar, dari tahun sebelumnya yang mencetak laba Rp15,49 triliun.
Dalam keterangan resminya, Bukalapak menjelaskan bahwa kinerja yang berbalik rugi itu disebabkan karena pada kuartal I/2022 perseroan mendapatkan laba yang substansial dari nilai investasi di PT Allo Bank Tbk. (BBHI).
"Oleh karena itu, perseroan juga mencatat rugi bersih sebesar Rp1 triliun pada 1Q23 dari laba bersih sebesar Rp14,54 triliun pada 1Q22," ujar Manajemen Bukalapak dikutip Sabtu, (29/4/2023).
Adapun berdasarkan neraca, total aset Bukalapak tercatat turun menjadi Rp26,52 triliun dibanding akhir Desember 2022 sebesar Rp27,4 triliun.
Liabilitas perseroan naik menjadi Rp941,49 miliar dibanding 31 Desember 2022 sebesar Rp907,92 miliar. Adapun ekuitas turun menjadi Rp25,58 triliun dibanding akhir 2022 sebesar Rp26,49 triliun.
Sementara itu pada perdagangan Jumat (28/4/2023) saham BUKA naik 0,85 persen ke level Rp236 per saham.