Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bitcoin Diramal Tembus US$50.000, Terdorong 'Halving Day'

Harga Bitcoin mencapai level tertinggi sepanjang masa hampir US$69.000 pada November 2021.
Harga jual dan beli Bitcoin di mesin ATM kripto di Polandia. /Bloomberg-Piotr Malecki
Harga jual dan beli Bitcoin di mesin ATM kripto di Polandia. /Bloomberg-Piotr Malecki

Bisnis.com, JAKARTA - Harga token Bitcoin diramal tembus US$50.000 pada 2024 mendatang seiring fenomena halving day.

Halving day adalah peristiwa penggabungan koin menjadi setengahnya. Peristiwa ini terjadi setiap 4 tahun atau jatuh pada April 2024 dan 2028 mendatang. Saat peristiwa ini terjadi, nilai yang penambang dapatkan menjadi setengah. Akibatnya, jumlah koin menjadi terbatas dan diyakini akan mengerek harga.

Atas fenomena 4 tahunan ini, Jamie Douglas Coutts, analis Bloomberg Intelligence memperkirakan bahwa Bitcoin dapat mencapai US$50.000 pada April 2024.

“Siklus Bitcoin turun sekitar 12-18 bulan sebelum halving dan struktur siklus ini terlihat mirip dengan yang sebelumnya, meskipun banyak hal telah berubah — sementara jaringannya jauh lebih kuat, Bitcoin tidak pernah mengalami kontraksi ekonomi parah yang berkepanjangan,” katanya dalam pernyataan yang dikutip dari Bloomberg, Minggu (23/4/2023).

Bitcoin sendiri telah naik 70 persen sejak 31 Desember 2022 lalu.Token saat ini sedang berjuang di sekitar US$30.000.

Markus Thielen, kepala penelitian di Matrixport, mengatakan dalam sebuah catatan baru-baru ini bahwa Bitcoin akan mencapai sekitar $65.623 pada April 2024 — lebih dari dua kali lipat harga saat ini.

Meski demikian, realitasnya Bitcoin tetap turun sekitar US$41.000 dari level tertinggi sepanjang masa hampir US$69.000 pada November 2021. Pasar Crypto jatuh tahun lalu karena bank sentral menaikkan suku bunga untuk mengekang tekanan harga dan perusahaan aset digital ambruk.

“Bitcoin mungkin sekali lagi mencapai level tertinggi baru sepanjang masa di masa depan, namun, tidak mungkin melihat pertumbuhan yang sama seperti siklus sebelumnya karena peningkatan ukuran pasar dan persaingan dari aset digital lainnya,” kata Joseph dari CCData.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper