Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas global terperosok pada akhir perdagangan jumat, yang turut membuat harga emas lokal seperti produksi dari PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) mengalami penurunan harga. Mengutip data Bloomberg, Minggu (16/4/2023) harga emas Comex untuk kontrak Juni 2023, turun 1,92 persen atau 39,50 poin ke US$2.015,80 per troy ons. Sementara itu, harga emas spot terpantau turun 1,77 persen atau 36,05 persen ke US$2.004,17.
Sementara itu, harga emas Antam dilansir dari laman logammulia.com terpantau turun Rp17.000 per gram ke Rp1,06 juta per gram pada Sabtu (15/4/2023) dan harga emas Antam di pegadaian juga turun Rp17.000 per gram ke harga Rp1,11 juta per gram.
Bisnis mencatat, pelemahan harga emas disebabkan oleh dolar AS menguat setelah adanya pandangan hawkish dari Gubernur Federal Reserve Christopher Waller dalam sebuah pidatonya pada Jumat (14/4/2023) mengatakan dia menginginkan lebih banyak pengetatan moneter meskipun ada bukti bahwa inflasi di Amerika Serikat turun dari tertinggi empat dekade.
Menurutnya, kebijakan moneter harus tetap ketat untuk jangka waktu yang cukup lama, dan lebih lama dari yang diantisipasi pasar. Suku bunga yang lebih tinggi menguntungkan dolar AS, sementara emas yang merupakan aset lindung nilai, tidak memberikan imbal hasil apa-apa.
"Dalam jangka pendek, emas bisa tetap sangat fluktuatif di kedua arah di sini," kata Ed Moya, Analis platform perdagangan daring OANDA.
Terkait dengan penurunan harga emas, saham emiten emas pelat merah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) masih dipandang menarik oleh analis. Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario memberikan rekomendasi beli untuk saham ANTM dengan target harga Rp2.400 atau naik 13,7 persen, menyiratkan PE/PBV 14,67 kali/2,23 kali pada 2023.
"Valuasi ANTM menarik karena saat ini diperdagangkan di bawah kisaran -1 STD 5 tahun EV/EBITDA. Namun, ada beberapa risiko penurunan meliputi pivoting suku bunga Fed Fund yang tertunda, penundaan pembukaan pabrik feronikel, dan merebaknya resesi ekonomi global," terang Alif dalam riset, dikutip Minggu (16/4/2023).
Hal ini berkaca pada kinerja keuangan ANTM pada 2022 yang memperoleh pendapatan Rp45,9 triliun atau naik 19,5 persen YoY dibandingkan Rp38,5 triliun pada 2021, dengan laba kotor Rp8,2 triliun atau naik 29 persen yoy vs Rp6,4 triliun pada 20231, dan peningkatan Gross Profit Margin (GPM) sebesar 17,9 persen, manajemen cash cost ANTM dinilai hemat di tengah biaya bahan bakar yang tinggi.
Dengan pendapatan tersebut, laba bersih ANTM mencapai Rp3,8 triliun, atau melesat 105,2 persen YoY dibandingkan dengan Rp1,8 triliun pada 2021, disertai dengan OPM dan NPM sebesar 8,6 persen dan 8,3 persen.
Segmen emas tetap menjadi kontributor pendapatan terbesar hingga 69 persen dan tumbuh 22 persen YoY menjadi Rp31,6 triliun, dibandingkan Rp25,9 triliun pada 2021 oleh lonjakan volume penjualan sebanyak 19 persen YoY dan harga jual rata-rata (ASP) yang naik 2,4 persen YoY.
Sementara itu, segmen feronikel menghasilkan Rp6,9 triliun atau tumbuh 12,6 persen, didukung oleh kenaikan ASP 15,8 persen YoY didukung oleh kejutan ekonomi dan geopolitik yang terjadi pada 2022, meskipun volume penjualan lebih rendah, turun 6,9 persen YoY.
"Kami melihat penjualan segmen feronikel di 2023 akan meningkat sebesar 11,5 persen dari Pabrik baru Halmahera Timur yang direncanakan akan dimulai pada semester II/2023, sementara segmen emas terbuka untuk naik dari reli spot emas di tengah kekhawatiran resesi dan antisipasi Fed," jelasnya.
Sementara itu, harga emas Antam dilansir dari laman logammulia.com terpantau turun Rp17.000 per gram ke Rp1,06 juta per gram pada Sabtu (15/4/2023) dan harga emas Antam di pegadaian juga turun Rp17.000 per gram ke harga Rp1,11 juta per gram.
Bisnis mencatat, pelemahan harga emas disebabkan oleh dolar AS menguat setelah adanya pandangan hawkish dari Gubernur Federal Reserve Christopher Waller dalam sebuah pidatonya pada Jumat (14/4/2023) mengatakan dia menginginkan lebih banyak pengetatan moneter meskipun ada bukti bahwa inflasi di Amerika Serikat turun dari tertinggi empat dekade.
Menurutnya, kebijakan moneter harus tetap ketat untuk jangka waktu yang cukup lama, dan lebih lama dari yang diantisipasi pasar. Suku bunga yang lebih tinggi menguntungkan dolar AS, sementara emas yang merupakan aset lindung nilai, tidak memberikan imbal hasil apa-apa.
"Dalam jangka pendek, emas bisa tetap sangat fluktuatif di kedua arah di sini," kata Ed Moya, Analis platform perdagangan daring OANDA.
Terkait dengan penurunan harga emas, saham emiten emas pelat merah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) masih dipandang menarik oleh analis. Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario memberikan rekomendasi beli untuk saham ANTM dengan target harga Rp2.400 atau naik 13,7 persen, menyiratkan PE/PBV 14,67 kali/2,23 kali pada 2023.
"Valuasi ANTM menarik karena saat ini diperdagangkan di bawah kisaran -1 STD 5 tahun EV/EBITDA. Namun, ada beberapa risiko penurunan meliputi pivoting suku bunga Fed Fund yang tertunda, penundaan pembukaan pabrik feronikel, dan merebaknya resesi ekonomi global," terang Alif dalam riset, dikutip Minggu (16/4/2023).
Hal ini berkaca pada kinerja keuangan ANTM pada 2022 yang memperoleh pendapatan Rp45,9 triliun atau naik 19,5 persen YoY dibandingkan Rp38,5 triliun pada 2021, dengan laba kotor Rp8,2 triliun atau naik 29 persen yoy vs Rp6,4 triliun pada 20231, dan peningkatan Gross Profit Margin (GPM) sebesar 17,9 persen, manajemen cash cost ANTM dinilai hemat di tengah biaya bahan bakar yang tinggi.
Dengan pendapatan tersebut, laba bersih ANTM mencapai Rp3,8 triliun, atau melesat 105,2 persen YoY dibandingkan dengan Rp1,8 triliun pada 2021, disertai dengan OPM dan NPM sebesar 8,6 persen dan 8,3 persen.
Segmen emas tetap menjadi kontributor pendapatan terbesar hingga 69 persen dan tumbuh 22 persen YoY menjadi Rp31,6 triliun, dibandingkan Rp25,9 triliun pada 2021 oleh lonjakan volume penjualan sebanyak 19 persen YoY dan harga jual rata-rata (ASP) yang naik 2,4 persen YoY.
Sementara itu, segmen feronikel menghasilkan Rp6,9 triliun atau tumbuh 12,6 persen, didukung oleh kenaikan ASP 15,8 persen YoY didukung oleh kejutan ekonomi dan geopolitik yang terjadi pada 2022, meskipun volume penjualan lebih rendah, turun 6,9 persen YoY.
"Kami melihat penjualan segmen feronikel di 2023 akan meningkat sebesar 11,5 persen dari Pabrik baru Halmahera Timur yang direncanakan akan dimulai pada semester II/2023, sementara segmen emas terbuka untuk naik dari reli spot emas di tengah kekhawatiran resesi dan antisipasi Fed," jelasnya.
Harga saham ANTM sendiri pada akhir perdagangan Jumat (14/4/2023) mengalami penurunan 20 poin atau 0,94 persen ke Rp2.110. Sepanjang 2023, harga saham ANTM naik 6,30 persen namun dalam setahun turun 20,68 persen.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca