Bisnis.com, JAKARTA - Bursa kiripto Binance diketahui sedang berjuang untuk menemukan bank yang mau menangani uang nasabahnya setelah tragedi bangkrutnya Signature Bank bulan lalu.
Mengutip dari Reuters (8/4/2023), informasi ini diperoleh berdasarkan laporan dari Wall Street Journal pada Sabtu, mengutip dari orang-orang yang akrab dengan permasalahan ini.
Berdasarkan laporan tersebut, setoran dikirimkan ke Signature Bank atau Silvergate Capital Corp, di mana kedua bank tersebut dipandang sebagai bank yang ramah dengan kripto.
Namun, setelah kedua bank tersebut ditutup, Binance kemudian bergegas untuk mencari mitra perbankan baru. Berdasarkan laporan tersebut, diketahui bahwa Binance AS menggunakan setidaknya satu perantara untuk menyimpan dana.
Dikarenakan uang tersebut dipegang oleh pihak ketiga, hal ini dapat memperlambat pengiriman dan pemindahan dana.
Binance dinilai telah gagal menjalin hubungan dengan Cross River Bank dan Customers Bancorp Inc. Para bank ini enggan menjalin hubungan tersebut karena kekhawatiran atas risiko regulasi.
Baca Juga
Mengutip dari Reuters (8/4), Ketiga perusahaan tersebut tidak segera merespons permintaan komentar di luar jam kerja normal.
Binance AS kemudian juga mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa mereka akan terus menjalin mitra baru sambil meningkatkan sistem internal.
“Kami bekerja dengan beberapa penyedia perbankan dan pembayaran yang berbasis di Amerika Serikat dan terus menjalin mitra baru sambil meningkatkan sistem internal kami untuk menciptakan platform fiat yang lebih stabil dan menawarkan layanan tambahan,” tuturnya.
Sebelumnya pada bulan lalu, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC) Amerika Serikat menggugat Binance beserta CEO dan mantan eksekutif lainnya.
Tuduhan yang diberikan kepada mereka adalah aktivitas menjalankan bursa yang ‘ilegal’ dan program kepatuhan yang ‘palsu’.
Sejak gugatan tersebut, investor kemudian menarik kembali dana sebesar US$1,6 miliar dari Binance, atau setara dengan Rp23,9 triliun.