Bisnis.com, JAKARTA — Perdagangan saham emiten tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) diramaikan dengan transaksi jumbo sebesar Rp12,73 triliun di pasar negosiasi dengan harga di bawah harga reguler.
Mengutip data D'Origin, hari ini terdapat transaksi crossing INCO di pasar negosiasi senilai Rp12,73 triliun. Transaksi terjadi di harga Rp6.404 per saham atau di bawah harga pasar reguler.
Pasalnya, saham INCO sendiri terpantau bergerak di rentang Rp6.525 —Rp6.650 per saham sampai pukul 13.20 WIB pada perdagangan Kamis (6/4/2023) dan melemah 1,88 persen ke harga Rp6.525. Dengan demikian, transaksi negosiasi terjadi di bawah harga pasar reguler.
Adapun transaksi crossing lain yang turut terjadi di sesi pertama adalah saham PTBA senilai Rp335,64 miliar di harga Rp3.190 per saham.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan BUMN Holding Industri Pertambangan atau Mining Industry Indonesia (MIND ID) untuk memperbesar kepemilikan saham pemerintah di PT Vale Indonesia Tbk. (INCO).
Adapun, amanat itu menjadi bagian dari kelanjutan sisa kewajiban divestasi 11 persen INCO sebagai syarat peralihan status kontrak karya (KK) menjadi izin usaha pertambangan khusus atau IUPK.
Baca Juga
Seperti diketahui, izin wilayah operasi tambang nikel INCO berakhir pada 28 Desember 2025 mendatang. MIND ID bakal berdiskusi lebih lanjut dengan INCO terkait dengan realisasi sisa kewajiban divestasi perusahaan multitambang yang berkantor pusat di Brasil itu.
MIND ID tercatat telah memiliki 20 persen saham INCO sejak 2020. Akuisisi yang dilakukan holding indutri pertambangan tersebut bernilai US$290 juta. Sementara itu, dua pemegang saham asing INCO, Vale Canada Limited dan Sumitomo Metal Mining, disebut siap melepas kepemilikan mereka menyusul kewajiban divestasi berkaitan dengan upaya negosiasi peralihan status konsesi kontrak menjadi IUPK dengan pemerintah.
INCO sendiri mencatat kinerja positif pada 2022. Perseroan berhasil mencetak pertumbuhan pendapatan dan laba bersih lebih dari 20 persen seiring dengan peningkatan harga nikel.
Dalam laporan keuangan 2022, INCO melaporkan pendapatan US$1,17 miliar pada 2022 atau sekitar Rp18,39 triliun (kurs Jisdor 30 Desember 2022 Rp15.592 per dolar AS). Pendapatan itu naik 23,74 persen year on year (yoy) dari US$953,17 juta pada 2021.
Adapun, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih US$200,4 juta atau Rp3,1 triliun pada 2022. Laba bersih tersebut naik 20,87 persen dari sebelumnya US$1165,79 juta pada 2021.