Bisnis.com, JAKARTA – Emiten properti, PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) mampu mencatatkan pertumbuhan laba 7,37 persen, meski mengalami penurunan pendapatan sepanjang 2022. Turunnya pendapatan disebabkan karena adanya penjualan yang belum dapat dibukukan dalam laporan keuangan.
Direktur CTRA Harun Hajadi mengatakan turunnya pendapatan disebabkan oleh beberapa penjualan yang belum dibukukan dalam laporan keuangan perseroan. Adapun dalam industri properti ketika pelanggan belum melakukan serah terima, maka penjualan belum dapat dibukukan.
“Jadi kalau belum serah terima atau customer belum sempat menerima, maka tidak bisa dibukukan. Jadi, kalau hanya selisih 600 miliar hanya karena faktor pembukuan,” ujar Harun kepada Bisnis, Selasa (4/4/2023).
Selain itu, pos penjualan untuk segmen perkantoran dan apartemen juga mencatatkan penurunan sepanjang 2022. Dia mengatakan hal ini sudah terjadi sejak 2018 sehingga bukan menjadi faktor utama menurunnya pendapatan.
Di samping itu, naiknya laba disebut karena ada efisiensi dan peningkatan dari segi margin. Hal ini dapat disebabkan oleh campuran produk yang dijual cenderung memiliki margin yang lebih tinggi.
“Improvement dari margin juga dapat disebabkan karena campuran produk yg dijual lbh banyak yg marginnya lebih tinggi.” tuturnya.
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2022, CTRA membukukan pendapatan sebesar Rp9,12 triliun sepanjang 2022. Pendapatan ini turun 6,19 persen dari Rp9,72 triliun secara year-on-year (YoY).
Rinciannya penjualan dari kaveling, rumah hunian dan toko mencapai Rp6,12 triliun atau naik 8,92 persen, segmen kantor sebesar Rp581,63 miliar atau turun 45,37 persen, serta segmen apartemen sebesar Rp483,9 miliar atau turun 64,13 persen.
Beberapa pendapatan usaha CTRA terdiri dari segmen rumah sakit sebesar Rp580,26 miliar atau turun 13,53 persen, pusat niaga sebesar Rp549,95 miliar atau naik 29,13 persen, segmen hotel sebesar Rp430,21 miliar atau naik 61,92 persen, dan sewa kantor sebesar Rp212,82 miliar atau turun 1,95 persen.
Beban pokok penjualan dan beban langsung CTRA mencapai Rp4,55 triliun hingga akhir 2022. Beban tersebut turun dari Rp4,88 triliun dibandingkan 2021.
Setelah dikurangi berbagai beban yang dapat diefisienkan, CTRA mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,86 triliun. Laba tersebut naik 7,37 persen dari Rp1,73 triliun.
Adapun hingga akhir 2022, CTRA mencatatkan total aset senilai Rp41,9 triliun. Aset tersebut naik dari Rp40,66 triliun dibandingkan akhir Desember 2021.
Jumlah liabilitas CTRA mencapai Rp20,98 triliun per 31 Desember 2022. Liabilitas tersebut turun dari Rp21,27 triliun per 31 Desember 2021.
Sementara itu, jumlah ekuitas CTRA sebesar Rp20,91 triliun hingga akhir Desember 2022. Jumlah tersebut dari Rp19,39 triliun dari akhir 2021.
Kemudian untuk kas dan setara kas akhir periode terjadi penurunan 26,25 persen dari Rp7,16 triliun menjadi Rp9,04 triliun.