Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamina Geothermal (PGEO) Dapat Revenue Rp11 Miliar dari Carbon Credit

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) memeroleh pendapatan baru dari segmen penjualan karbon atau carbon credit senilai US$747.000.
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk./istimewa
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk./istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) memeroleh pendapatan baru dari segmen penjualan karbon atau carbon credit senilai US$747.000. Jumlah itu setara dengan Rp11,18 miliar bila menggunakan kurs Rp14.968.

Dalam keterangan resminya, manajemen PGEO menyatakan sumber pendapatan baru  ini tercatat dalam laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit (audited) dan dipublikasikan pada 30 Maret 2023.

Mereka menyatakan dari sisi operasi, pendapatan carbon credit dihasilkan oleh dua Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yaitu Ulubelu unit 3 dan 4 serta Karaha. Kedua pembangkit itu menghasilkan setara 1,7 juta ton pengurangan emisi karbon yang dihitung semenjak pembangkitan tersebut beroperasi secara komersial hingga awal tahun 2020.

Di sisi lain, PGEO juga mencatatkan potensi pengurangan emisi karbon dari PLTP Kamojang unit 5, Lumut Balai unit 1 dan 2 yang menggunakan Gold Standard, serta PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 yang menggunakan Verified Carbon Standard (VCS).

Manajemen PGEO optimitis upaya ini membuka peluang baru yang berpotensi meningkatkan nilai ekonomi pengurangan emisi karbon dan secara langsung akan membuka peluang pendapatan baru bagi perseroan.

Sementara itu, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) mencetak laba bersih tumbuh hingga 49,67 persen sepanjang 2022 dibandingkan dengan tahun sebelumnya ke US$127,34 juta atau setara dengan Rp1,98 triliun. 

Mengutip laporan keuangan PGEO sampai dengan akhir 2022, Perseroan berhasil membukukan pendapatan senilai US$386,06 juta atau setara dengan Rp6,01 triliun. Pendapatan tersebut tumbuh hanya 4,67 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya US$368,82 juta.

Pendapatan bersumber dari operasi sendiri melalui PT Indonesia Power dan PLN dengan total US$371,93 juta dan dari biaya production allowances senilai US$14,13 juta.

Di sisi lain beban usaha PGEO mengalami penurunan pada 2022 hingga 5 persen, menjadi US$173,20 juta dari tahun sebelumnya US$182,32 juta. Dari penurunan beban usaha, PGEO mencetak laba kotor tumbuh 14,13 persen year on year (yoy) pada 2022 menjadi US$212,86 juta atau setara dengan Rp3,31 triliun, dari tahun sebelumnya US$186,49 juta. 

Adapun, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2022 tumbuh 49,67 persen menjadi US$127,34 juta atau setara dengan Rp1,98 triliun, dari tahun sebelumnya hanya US$85,07 juta.

Sepanjang tahun lalu, PGEO juga mencatakan peningkatan aset dari US$2,39 miliar pada akhir 2021 menjadi US$2,47 miliar pada akhir 2022. Liabilitas dan ekuitas Perseroan juga mengalami kenaikan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper