Bisnis.com, JAKARTA - Emiten kontraktor pertambagan, PT Petrosea Tbk. (PTRO) mencatat kinerja solid dengan membukukan laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar US$40,92 juta atau Rp638,08 miliar sepanjang 2022.
Berdasarkan laporan keuangan 2022 yang dipublikasikan, Jumat (31/3/2023), Petrosea mencatatkan total pendapatan sebesar US$476,31 juta atau setara Rp7,42 triliun (kurs Jisdor Rp15.592 per dolar AS). Pendapatan ini meningkat 14,57 persen dibandingkan tahun lalu sebesar US$415,73 juta.
Pendapatan Petrosea tercatat ditopang oleh pendapatan penambangan yang meningkat 13,75 persen menjadi US$340,03 juta di akhir 2022, dari US$298,29 juta secara tahunan atau year on year (yoy).
Sementara itu, pos pendapatan lain seperti pendapatan konstruksi dan rekayasa serta jasa perseroan mengalami penurunan. Pendapatan konstruksi dan rekayasa perseroan naik 35,14 persen menjadi US$86,70 juta, dan pendapatan jasa turun 6,78 persen menjadi US$46,84 juta hingga akhir 2022.
Tumbuhnya pendapatan juga turut meningkatkan beban usaha langsung perseroan sepanjang 2022. Pos beban ini naik 11,62 persen dari US$341,17 juta di tahun 2021, menjadi US$380,82 juta di tahun 2022.
Perseroan juga tercatat mengalami kenaikan beban admistrasi sebesar 15,98 persen mejadi US$34,56 juta dari US$29,79 juta tahun sebelumnya. Beban bunga dan keuangan juga tercatat naik menjadi US$7,42 juta dari sebelumnya US$5,57 juta.
Baca Juga
Meski demikian, hingga akhir 2022 PTRO berhasil mencatatkan peningkatan laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar US$40,92 juta atau Rp638,08 miliar sepanjang 2022. Laba bersih perseroan meningkat 10,73 persen dari US$33,95 juta dibandingkan tahun 2021.
Sepanjang 2022, emiten berkode saham PTRO ini juga mencatatkan peningkatan aset sebesar 11,95 persen menjadi US$596,42 juta, dari US$532,73 juta di akhir 2021.
Jumlah liabilitas perseroan juga tercatat naik 9,51 persen dari US$272,51 juta di akhir 2021, menjadi US$298,42 juta di akhir 2022.
Adapun jumlah ekuitas perseroan naik 14,51 persen di akhir Desember 2022 menjadi US$297,99 juta, dari US$260,22 juta di akhir Desember 2021.
Adapun belum lama ini perseroan mengantongi fasilitas pinjaman kredit senilai US$91,5 juta dan Rp1,45 triliun.
Sekretaris Perusahaan Petrosea Anto Broto mengatakan, PTRO telah menandatangani perjanjian fasilitas kredit dengan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) selaku mandatory lead arranger & bookrunner dengan tenor 60 bulan pada 21 Maret 2023.
“Senior secured term loan facility agreement tersebut terdiri dari komitmen fasilitas pinjaman berjangka dalam mata uang dolar Amerika Serikat sejumlah sampai dengan US$91,5 juta dan dalam mata uang rupiah sampai dengan Rp1,45 triliun,” kata Anto dalam keterangan resmi, Senin (27/3/2023).
Menurutnya fasilitas tersebut akan digunakan untuk mendanai pengembangan usaha melalui akuisisi dan investasi aset tambang serta memperkuat modal kerja PTRO.
Seperti diketahui, PTRO tengah giat melakukan diversifikasi bisnisnya. Februari lalu, Presiden Direktur Petrosea Romi Novan Indrawan mengatakan PTRO telah mencapai pijakan penting dalam implementasi strategi diversifikasi perusahaan ke sektor emas, yaitu untuk pertama kalinya memfasilitasi produksi emas dore bullion di proyek tailing management untuk PT Santana Rekso Nindhana.
Produksi emas tersebut dilakukan di tambang emas milik PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) di Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.